Sabtu, 23 Desember 2017

KRISIS



Nur Auliah
1601270017
Perbankan Syariah 3A-pagi
UMSU

KRISIS
Awal terjadinya berbagai krisis yang muncul di Indonesia adalah adanya devaluasi mata uang Baht oleh pemerintah Thailand pada tanggal 2 Juli 1997 sebagai akibat adanya kegiatan di pasar valuta asing, khususnya dolar Amerika Serikat. Kemudian merambat ke Filipina,Malaysia dan Indonesia. Pada mulanya kurs dolar Amerika Serikat US$ 1 = Rp 2.400,- menjadi US$ 1 = Rp 3.000,-. Kemudian naik terus (pada bulan Agustus – November  1997) sampai menunjukan angka US$1 = Rp 12.000,-. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia antara lain dengan menaikkan suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) sampai 30%, dengan harapan menurunkan inflasi. Namun kenyataan dilapangan, bank-bank menaikan leading rate (tingkat suku bunga kredit) karena cost of loanable funds (biaya dana pinjaman) mengalami kenaikkan pada semua bank. Akibat lainnya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) juga meningkat tajam, karena bank-bank mengalami kesukaran likuiditasnya. Kondisi ini bahkan meningkatkan laju inflasi dari 11,05% pada tahun 1997 menjadi 77,63% pada tahun 1998.
Faktor penting lainya yang sangat memperburuk krisis keuangan di Indonesia adalah sektor keuangan Indonesia yang sudah dalam keadaan yang sangat buruk sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh budaya patronase dan korupsi yang tidak memiliki model pengawasan yang baik. Bahkan Bank Indonesia tidak tahu tentang arus uang (sehingga menyebabkan timbulnya utang swasta jangka pendek yang sangat besar) yang masuk ke Indonesia dan menyebabkan terjadinya 'ekonomi gelembung' ('bubble economy'). Budaya patronase dan korupsi (serta kurangnya kepastian hukum) sangat menghambat fungsi ekonomi yang efisien dan merupakan bom waktu yang bisa meledak setiap saat.
Faktor-faktor Penyebab Krisis
Berikut ini diberikan rangkuman dari berbagai faktor tersebut menurut urutan kejadiannya:
¡  Suku bunga naik dan ketersediaan pasar keuangan internasional
¡  Negara-negara Asia tanpa terkecuali diterapkan kurs tetap untuk mata uang mereka kaitannya dengan dollar.
¡  Melemahnya tingkat ekspor sebagai akibat dari penguatan dolar, sehingga membuat barang-barang Asia kurang kompetitif.
¡  Dianutnya sistem devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang memadai memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas berapapun jumlahnya. Kondisi di atas dimungkinkan, karena Indonesia menganut rezim devisa bebas dengan rupiah yang konvertibel, sehingga membuka peluang yang sebesarbesarnya untuk orang bermain di pasar valas. Masyarakat bebas membuka rekening valas di dalam negeri atau di luar negeri. Valas bebas diperdagangkan di dalam negeri, sementara rupiah juga bebas diperdagangkan di pusat-pusat keuangan di luar negeri.
¡  Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2,4% (1993) hingga 5,8% (1991) antara tahun 1988 hingga 1996, yang berada di bawah nilai tukar nyatanya, menyebabkan nilai rupiah secara kumulatif sangat overvalued. Ditambah dengan kenaikan pendapatan penduduk dalam nilai US dollar yang naiknya relatif lebih cepat dari kenaikan pendapatan nyata dalam Rupiah, dan produk dalam negeri yang makin lama makin kalah bersaing dengan produk impor. Nilai Rupiah yang overvalued berarti juga proteksi industri yang negatif. Akibatnya harga barang impor menjadi relatif murah dan produk dalam negeri relatif mahal, sehingga masyarakat memilih barang impor yang kualitasnya lebih baik. Akibatnya produksi dalam negeri tidak berkembang, ekspor menjadi kurang kompetitif dan impor meningkat.
¡  utang luar negeri swasta jangka pendek dan menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya ditambah sistim perbankan nasional yang lemah.
¡  Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing yang dikenal sebagai hedge funds tidak mungkin dapat dibendung dengan melepas cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada saat itu, karena praktek margin trading, yang memungkinkan dengan modal relatif kecil bermain dalam jumlah besar.
¡  Defisit neraca berjalan yang semakin membesar, yang disebabkan karena laju peningkatan impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor dan melonjaknya pembayaran bunga pinjaman.
¡  Penanam modal asing portofolio yang pada awalnya membeli saham besar-besaran diiming-imingi keuntungan yang besar yang ditunjang oleh perkembangan moneter yang relatif stabil kemudian mulai menarik dananya keluar dalam jumlah besar.
¡  IMF tidak membantu sepenuh hati dan terus menunda pengucuran dana bantuan yang dijanjikannya dengan alasan pemerintah tidak melaksanakan 50 butir kesepakatan dengan baik.
Dampak krisis ekonomi pada perekonomian Indonesia
Berbagai dampak Krisis  Moneter  timbul di Indonesia. Krisis Moneter membawa dampak yang kurang baik bagi Indonesia, ini disebabkan karena kurs nilai tukar valas, khususnya dollar AS, yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan pendapatan masyarakat dalam rupiah tetap. Dampak yang terlihat seperti :
¡  Banyak  perusahaan yang terpaksa mem-PHK pekerjanya dengan alasan tidak dapat membayar upah para pekerjanya. Sehingga menambah angka pengangguran di Indonesia.
¡  Pemerintah kesulitan menutup APBN.
¡  Harga barang yang naik cukup tinggi, yang mengakibatkan masyrakat kesulitan mendapat barang-barang kebutuhan  pokoknya.
¡  Utang luar negeri dalam rupiah melonjak.
¡  Harga BBM naik.
KRISIS EKONOMI AMERIKA SERIKAT 2008
Tahun 2007, tanda-tanda bahwa ekspansi yang mungkin segera berakhir mulai muncul. Harga perumahan AS dua kali lipat sejak tahun 2000 mulai menurun. Di pertengahan 2007, Ekonom membagi apakah ini mungkin menyebabkan resesi-penurunan output. Optimis meyakininya, ketika harga rumah lebih rendah bisa menyebabkan pembangunan perumahan lebih rendah dan menurunkan pengeluaran konsumen, The Fed (nama pendek bagi bank sentral AS, secara resmi dikenal sebagai Federal Reserve Board) bisa menurunkan suku bunga untuk merangsang permintaan dan menghindari resesi. Pesimis percaya bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak cukup untuk mempertahankan permintaan, dan mungkin Amerika Serikat akan mengalami resesi singkat. Bahkan pesimis ternyata tidak cukup pesimis. Harga perumahan terus menurun, menjadi jelas bahwa banyak dari pinjaman hipotek yang telah diberikan selama ekspansi sebelumnya yang berkualitas buruk.

Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi Amerika Serikat
            Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1.      Penumpukan hutang nasional hingga mencapai 8.98 trilyun dollar AS sedangkan PDB hanya 13 trilyun dollar AS
2.      Terdapat progam pengurangan pajak korporasi sebesar 1.35 trilyun dollar. (mengurangi pendapatan negara)
3.      Pembengkakan biaya Perang Irak dan Afganistan (hasilnya Irak tidak aman dan Osama Bin Laden tidak tertangkap juga) setelah membiayai perang Korea dan Vietnam.
4.      CFTC (Commodity Futures Trading Commision) sebuah lembaga pengawas keuangan tidak mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan aktifitas perdagangan berjangka.Dimana ICE juga turut berperan mengdongkrak harga minyak hingga lebih dari USD 100/barel
5.      Subprime Mortgage: Kerugian surat berharga property sehingga membangkrutkan Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UFJ.
6.      Keputusan suku bunga murah dapat mendorong spekulasi.
Terdapat faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya krisis ekonomi di Amerika Serikat, yaitu :
1.     Agresi Militer Amerika Serikat Ke Irak dan Afganistan.
2.     Subprime Mortgage di sektor perumahan
3.     Neraca keuangan yang tidak sehat.
4.     Telalu Overconfidence dalam penyaluran kredit.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar