Sabtu, 23 Desember 2017

MONEY CREATION



 Nur Auliah
1601270017
Perbankan syariah 3A-pagi
UMSU


A.    EVOLUSI UANG SEBAGAI SEBUAH KONVENSI SOSIAL
Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar, membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya.

        Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama.

Problema Barter menurut Al-Ghazali:
1.    Kurang memiliki angka penyebut yang sama (lack of common denominator)
2.    Barang tidak dapat dibagi-bagi (indivisibility of goods)
3.    Keharusan adanya dua keinginan yang sama (double coincidence of wants)
Sejarah dan evolusi uang dibagi menjadi 3 periode, yaitu sebagai berikut:
1.        Periode Sebelum Barter

Pada awal peradaban, manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri, mereka memperoleh makanan dari berburu dan memakan berbagai buah-buahan. Karena jenis kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain. Masing-masing individu memiliki kebutuhan makanannya secara mandiri. Dalam periode yang dikenal sebagai periode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau dikenal dengan jual-beli.

2.        Periode Barter

Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabanya semakin maju, kegiatan dan interaksi antar sesama manusiapun meningkat. Jumlah dan jenis kebutuhan manusia juga semakin beragam. Ketika itulah, masing-masing individu mulai tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Bisa dipahami karena ketika seseorang menghabiskan waktunya seharian untuk bercocok tanam, pada saat bersamaan tentu ia tidak bisa memperoleh ikan, menenun pakaian sendiri atau kebutuhan lainnya. Satu sama lain mulai membutuhkan, karena tiddak ada individu yang secara sempurna mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Sejak saat itulah, manusia mulai menggunakan berbagai cara dan alat untuk melangsungkan pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahapan peradaban manusia yang masih sangat sederhana mereka dapat menyelenggarakan tukar-menukar kebutuhan dengan cara barter (pertukaran barang dengan barang).
3.        Periode Setelah Barter
Untuk mengatasinya, mulai timbul pikiran-pikiran untuk menggunakan benda benda yang digunakan sebagai alat tukar (commodity money). Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima oleh umum (generally accepted), benda-benda yang dipilih bernilai tingggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari. Benda-benda yang pernah dijadikan sebagai uang adalah keramik, kulit binatang langka, kulit kerang, tembakau, manik-manik,garam, bahkan dibeberapa komunitas tertentu gigi ikan pari atau taring binatang buas lebih disukai sebagai uang karena dianggap mengandung nilai-nilai magis.
B.     PROSES MASUKNYA UANG KE NEGARA
Ø Evolusi Uang Dari Logam Ke Kertas
Pada abad pertengahan, kulit kerang lazim digunakan sebagai uang hampir diseluruh bagian di empat benua yaitu Eropa, Asia, Amerika dan Afrika Barat.Bahkan di Persia dan di Italia Kuno pernah dikenal binatang ternak sebagai uang.Namun sejalan dengan bertambah majunya kehidupan perekonomian, maka selanjutnya benda yang dipergunakan sebagai uang beralih dari benda-benda yang disebutkan tadi ke logam yang dianggap lebih baik dan lebih praktis dibandingkan dengan benda-benda lainnya, terutama juga karena dayatahan/kekuatannya yang lebih baik karena tidak mudah rusak serta memungkinkan untuk dibuat dalam bermacam-macam bentuk, ukuran serta berat sesuai dengan kebutuhan.
Adapun logam yang digunakan sebagai uang ialah besi, perunggu, seng, tembaga, perak, dan emas atau campuran dari berbagai macam logam tersebut.
Demikianlah sistem uang (money system) yaitu instrumen-instrumen/alat-alat pembayaran yang digunakan oleh suatu negara untuk mengatur penawaran uang, mengalami evolusi ke arah perkembangan bentuk uang yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan antara lain:
(1) Lebih enak dan nyaman digunakan sebagai alat tukar
(2) Tidak mudah rusak
(3) Tidak mudah dipalsukan
(4) Mudah disesuaikan (fleksibel) terhadap kebutuhan perekonomian yang terus berkembang
(5) Dapat dengan mudah dipengaruhi oleh Bank Sentral seandainya diperlukan dalam rangka stabilitas ekonomi, dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

A.    BANKSENTRAL DAN STABILITAS EKONOMI
Bank Sentral tidak terlepas dari sejarah dikenalnya sistem uang sebagai alat tukar dalam perdagangan dan perekonomian secara umum, dan mulai ditemukannya metode perbankan untuk pertama kalinya dalam perekonomian dan perdagangan suatu negara. Di mana pada zaman dahulu alat tukar yang digunakan adalah memang berupa uangyang memang memiliki nilai intrinsik yang sama terhadap material yang terbuat dari uang tersebut. Biasanya berupa uang logam (emasperakperunggu, dll) yang memiliki nilai intrinsik yang sama terhadap nilai dari uang logam tersebut. Artinya jika uang logam emas seberat 1 grambernilai 1000 misalnya, pada saat itu memang karena emas dengan kondisi 1 gr tersebut ketika diperdagangkan/dipertukarkan di mana-mana nilainya adalah 1000. Alat tukar dengan uang logam seperti ini sudah lebih maju dibandingkan dengan kondisi sebelumnya di mana perdagangan dilakukan dengan alat tukar yang belum bisa diterima oleh banyak kalangan atau bahkan sistem barter langsung terhadap barang yang diperdagangkan di mana ini menjadi cikal-bakal dimulainya perdagangan dalam sejarah peradaban manusia.
Adapun peran dan fungsi bank sentral (bank Indonesia) yaitu:
1.    Memperlancar lalu lintas pembayaran.
·      menciptakan uang kartal,
·      menyelenggarakan kliring antar bank umum.
2.    Sebagai bankir, agen dan penasehat pemerintah.
·      Bank Sentral sebagai bankir :
o  memelihara rekening pemerintah
o  memberikan pinjaman sementara
o  memberikan pinjaman khusus
o  melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli valuta asing (valas)
o  menerima pembayaran pajak
o  membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah
o  membantu pengedaran surat berharga pemerintah
o  mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi
·      Bank sentral sebagai agen dan penasehat pemerintah :
o  mengadministrasi dan mengelola hutang nasional
o  memberikan jasa pembayaran bunga atas hutang
o  memberikan saran dan informasi mengenai keadaan pasar uang dan modal.
3.    Memelihara cadangan/cash reserve bank umum.
4.    Memelihara cadangan devisa Negara.
·      internal reserve, untuk keperluan jumlah uang beredar
·      eksternal reserve, untuk alat pernbayaran internasional
5.    Sebagai bankers bank dan lender of last resort,Bank Sentral memiliki peran khusus dalam sistem moneter yaitu sebagai sumber peminjaman bagi bank-bank dan menjadi sumber terakhir bagi bank-bank tersebut dalam mendapatkan pinjaman ketika bank yang bersangkutan mengalami kesulitan likuiditas (lender of the last resort).
6.    Mengawasi kredit.
7.    Mengawasi bank (bank supervision)
·      Prudential Supervision: pengawasan bank yang diarahkan agar individual bank dapat dijaga kelangsungan hidupnya sehingga kepentingan masyarakat dapat dilindungi.
·      Monetary Supervision: menjaga nilai mata uang negara yang bersangkutan sehingga bank tersebut dapat menjadi penyangga kebijakan moneter maupun kebijakan ekonomi pemerintah lainnya.
8.    Melakukan Riset-Riset Ekonomi (Economic Research).
·      Bank Sentral berperan sebagai lembaga untuk melakukan Riset-riset ekonomi yang berkaitan dengan masalah dan perkembangan sektor moneter. Hal ini berkaitan dengan tujuan Bank Sentral, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral melakukan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.
·         Stabilitas ekonomi
Stabilitas perekonomian adalah prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Stabilitas perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi. Stabilitas ekonomi makro dicapai ketika hubungan variabel ekonomi makro yang utama berada dalam keseimbangan, misalnya antara permintaan domestik dengan keluaran nasional, neraca pembayaran, penerimaan dan pengeluaran fiskal, serta tabungan dan investasi. Hubungan tersebut tidak selalu harus dalam keseimbangan yang sangat tepat. Ketidakseimbangan fiskal dan neraca pembayaran misalnya tetap sejalan dengan stabilitas ekonomi asalkan dapat dibiayai secara berkesinambungan. 

C.    STANDAR EMAS (THE GOLD STANDARD)
Standar emas merupakan istilah yang merujuk pada sistem moneter yang alih-alih menggunakan mata uang, menggunakan emas murni sebagai alat pembayaran yang sah, emas sebagai satuan dasar nilai uang, serta dasar perbandingan nilai berbagai mata uang. Standar emas pernah dberlakukan di negara Inggris pada tahun 1821, pernah pula dipakai oleh Amerika Serikat pada tahun 1870-an hingga tahun 1971.
Empat macam bentuk standar emas yang pernah digunakan:
1. Gold Coin Standard Nilai satu-satuan uang dikaitkan dg seberat tertentu emas, contoh USA $1 =23,22 gram emas murni.
2. Gold Bullion Standard Memiliki Persamaan dengan The Gold coin Standard.
3. The Managed Sold Bullion Standar Yakni adanya sejumlah emas yang tetap pada setiap satu satuan uang tetapi tidak dapat dipakai dalam peredaran umum (satuan uang yang di back-up dengan emas).
4. The Gold Exchange Standard Yakni dimana satu satuan uangnya dinyatakan sama dengan seberat emas yg tetap.

Keuntungan sistem standar emas:
1.    Stabilnya kurs valas “dimana kurs yg tingkat ketinggianya tidak berubah dan jika ada pergerakan akan selalu diikuti oleh ekspor / impor emas.
2.    Defisit atau surplus neraca pembayaran berkecendrungan tidak berlangsung “sebab dalam kondisi surplus maupun difisit akan cenderung menimbulkan kekuatan-kekuatan dalam perekonomian yg secara otomatis mengakibatkan surplus maupun devisit neraca pembayaran yang terjadi yg pada akhirnya akan kembali seimbang“.

Kelemahan sistem standar emas:
a. Stabilits dalam kurs biasanya diikuti oleh ketidakstabilan dalam tingkat harga. Dengan stabilnya kurs valas,disekuilibrium neraca pembayaran mengakibatkan aliran emas masuk/keluar berimbas pada naik turunnya uang beredar yang akan langsung menimbulkan gejolak tingkat harga,kesimpulannya jika ada emas masuk, harga kegiatan ekonomi ikut naik atau sebaliknya.
b. Mekanisme penyeimbang kembali neraca pembayaran dalam hal praktik sering tidak selancar seperti yg diungkapkan dalam teori karna pemerintah yang bersangkutan tidak mematuhi aturan sistem standar emas,justru cenderung menghalangi dan terkesan melawan aturan, seperti menghalangi turunnya jumlah uang beredar dengan berbagai kebijakan moneter,seperti mempermudah/meringankan syarat perkreditan rasio cadangan wajib dibank.


D.    PENCIPTAAN UANG

Uang diciptakan di dalam sistem moneter oleh bank-bank pencipta uang giral (BPUG) yaitu bank yang diperbolehkan mengeluarkan cek dan melakukan transaksi kliring (BPR tidak diizinkan mengeluarkan uang giral). Proses penciptaan uang (giral) tersebut bermula ketika deposan menyetorkan dananya di bank. Melalui transaksi ini, bank yang menerima simpanan nasabah dapat menyalurkan simpanan tersebut dalam bentuk kredit kepada debitur.
Dalam kenyataan, proses penciptaaan uang tersebut hanya akan terjadi jika asumsi-asumsi yang dikemukakan berlaku. Dalam kenyataannya, proses penciptaan uang tidak akan seluas yang digambarkan di atas, karena adanya faktor-faktor yang membatasi, yaitu :
1.    Kebocoran uang tunai, yaitu sebagian dari uang yang seharusnya disimpan ke bank umum yang berikut tetap dipegang oleh pemiliknya. Hal ini merupakan kelaziman dalam masyarakat.
2.    Bank ingin mempunyai cadangan yan glebih banyak. Keinginan bank untuk membuat cadangan di atas nilai yang ditetapkan oleh otoritas akan mempengaruhi proses penciptaaan uang giral sebagaimana disebutkan di atas.
3.    Kekurangan Peminjam. Apabila karena sesuatu hal penyaluran kredit perbankan tidak bisa diserap al. Karena alasan suku bunga tinggi, prospek ekonomi yang kurang mendukung maka hal tersebut dapat mempengaruhi asumsi jumlah uang beredar.
E.     KEBIJAKAN MONETERPADA JUMLAH UANG YANG BEREDAR
Hal ini adalah salah satu cara untuk mengatasi inflasi, tentu digunakan kebijakan moneter yang bersifat mengurangi jumlah uang yang beredar yang meliputi :
1.         Kebijakan Pasar Terbuka
Kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan cara menjual SBI (Surat Bank Indonesia ).Dengan menjual SBI, Bank Sentral akan menerima uang dari masyarakat dengan artinyan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
2.         Kebijakan Diskonto
Kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah ng yang beredar dengan cara menaikan suku bunganya. Dengan menaikkan suku bunga, diharapkan masyarakat akan menabung dibank lebih banyak. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
3.         Kebijakan Cadangan Kas
Kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan cara menaikkan cadangan kas minimum. Sehingga bank umum harus menahan uang lebih banyka dibak sebagai cadangan, dengan demikian jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
4.         Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan cara memperketat syarat-syarat pemberian kredit. Syarat pemberian yang ketat akan mengurangi jumlah pengusaha yang bisa memperoleh kredit, dengan demikian jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
5.         Sanering
Kebijakan Bank Sentral memotong nilai mata uang dalam negeri jika negara sudah mengalami hiperinflasi ( inflasi diatas 100% ), dengan memotong nilai mata uang maka nilai uang yang beredar dapat dikurangi.
6.         Menarik Atau Memusnahkan Uang Lama
Kebijakan Bank Sentral mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menarik atau memusnahkan uang yang lama seperti uang logam pecahan Rp 5,00 Rp 10,00 dan Rp 25,00 serta uang kertas Rp 100,00.
7.         Membatasi Pencetakan Uang Baru
Untuk mengatasi inflasi, pemerintah harus membatasi pencetakan uang baru agar jumlah uang yang beredar tidak semakin bertambah.

F.     PROSES PENCIPTAAN UANG OLEH BANK UMUM
Salah satu fungsi sistem keuangan adalah penciptaan uang. Penciptaan uang antara lain dapat dilakukan melalui bank umum yaitu dengan melalui penciptaan uang giral. Oleh karena itu, bank umum dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Untuk menggambarkan proses penciptaan uang oleh bank-bank umum dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
1.      Ketentuan reserve requirement (RR) 5 %.
2.      Semua loanable funds yaitu dana setelah dikurangi RR, disalurkan dalam bentuk kredit.
3.      Setiap transaksi menggunakan cek.
4.      Semua transaksi dalam bentuk giro.
5.      Simpanan giro pertama sebesar Rp. 1 juta dan disimpan pada Bank Umum A.

G.    KETAHANAN KREDIT PERBANKAN SYARIAH ATAS KRISIS
Era sebelum terjadinya krisis ditahun 1998, prestasi  ekonomi Indonesia menjadi sorotan banyak negara,  dikarenakan estimasi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun berkisar antara 6%-8%.  Indonesia terlalu bangga atas prestasi yang telah dicapainya, perusahan didalam negeri  mencari sumber dana secara besar-besaran baik dana domestic maupun manca negara. Perbankan dalam negeri royal kredit, disisi lain perbankan luar negri sangat terbuka pada perusahaan indonesia yang hendak mencari sumber pendanaan.Disaat Korea Selatan dan  Thailand mulai menunjukkan gejala krisis, Indonesia tampak bersikap tenang menghadapi hal itu kerana merasa memiliki fundamental ekonomi yang cukup kuat untuk menahan kejutan eksternal (external shock) yang diakibatkan kejatuhan ekonomi Korea Selatan dan Thailand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar