Nur
Auliah
1601270017
4A
Perbankan Syariah Pagi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Dosen
: Totok Harmoyo SE,M.Si
PEREKONOMIAN
TERBUKA
Perbedaan makroekonomi yang penting antara perekonomian
terbuka dan perekonomian tertutup adalah bahwa, dalam perekonomian terbuka,
pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan
yang mereka hasilkan dari memproduksi barang dan jasa. Suatu negara bisa
melakukan pengeluaran lebih banyak ketimbang produksinya dengan meminjam dari
luar negeri, atau bisa melakukan pengeluaran lebih kecil dari produksinya dan
memberi pinjaman dari negara lain.
Dalam perekonomian tertutup, seluruh output dijual di
pasar domestik, dan pengeluaran dibagi menjadi tiga komponen : konsumsi,
investasi, dan belanja pemerintah. Sedangkan dalam perekonomian terbuka,
sebagian output dijual untuk domestik dan sebagian diekspor ke luar negeri. Kita
bisa memilah pengeluaran atas output pada perekonomian terbuka Y menjadi empat
komponen :
-
Cd, konsumsi barang dan jasa
domestik.
-
Id, investasi dalam barang
dan jasa domestik.
-
Gd, pembelian pemerintah atas
barang dan jasa domestik.
-
EX, ekspor barang dan jasa domestik.
Pembagian
pengeluaran menjadi empat komponen ditunjukan dalam identitas :
Y
= Cd + Id + Gd + EX
Sedikit manipulasi
dapat membuat identitas ini lebih berguna. Untuk itu, catat bahwa pengeluaran
domestik atas seluruh barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran domestik untuk
barang dan jasa domestik serta barang dan jasa luar negeri. Karena itu,
konsumsi total C sama dengan konsumsi barang dan jasa domestik Cd
ditambah konsumsi barang dan jasa luar negeri Cf ; investasi total I
sama dengan investasi dalam barang dan jasa domestik Id; ditambah
investasi dalam barang dan jasa luar negeri If; dan belanja
pemerintah total G sama dengan belanja pemerintah atas barang dan jasa domestik
Gd ditambah belanja pemerintah atas barang dan jasa mancanegara Gf.
Jadi,
C
= Cd + Cf.
I
= Id + If
G=
Gd + Gf
Dan jika persamaan diatas digabung maka menjadi :
Y
= Cd + Cf + Id + If + EX – ( Cf
+
If + Gf )
Jumlah pengeluaran
domestik atas barang dan jasa luar negeri ( Cf + If + Gf
) adalah pengeluaran untuk impor (IM). Jadi, kita bisa menuliskan
identitas perhitungan pendapatan nasional di atas menjadi :
Y
= Cd + Id + Gd + EX – IM
Karena pengeluaran
impor di masukkan dalam pengeluaran domestik ( C + I + G ), dan karena barang
dan jasa yang diimpor dari luar negeri bukanlah bagian dari output suau negara,
maka persamaan ini harus dikurangi dengan pengeluaran untuk impor. Dengan mendefenisikan
ekspor neto ( net exports ) sebagai ekspor dikurang impor ( NX = EX – IM ),
identitas tersebut menjadi :
Y
= C + I + G + NX
Persamaan itu
menyatakan bahwa pengeluaran atas output domestik adalah jumlah dari konsumsi
investasi, belanja pemerintah, dan net exports.
Identitas perhitungan
pendapatan nasional menunjukkan hubungan antara output domestik, pengeluaran
domestik, dan net exports. Dengan demikian :
NX
= Y – ( C + I + G )
Pendapatan nasional
dikurangi dengan konsumsi masyarkat, investasi masyarakat, dan belanja
pemerintah harus sama nilainya dengan NX dan disebut ekonomi berimbang.
Tabungan
Perekonomian
S = I
Keterangan :
S : Saving
I : Investment
SN = Y – C – G (
tabungan nasional ) untuk keseluruhan.
SP = Y – T – C (
tabungan perorangan ) untuk keperluan negara.
SM = T – G ( tabungan
masyarkat ) untuk masyarakat.
Jika T ≥ G = surplus
dan jika T ≤ G = defisit, Karena itu :
S
= I + NX
Dengan mengurangi I
dari kedua sisi persamaan tersebut, kita bisa menulis identitas perhitungan
pendapatan nasional sebagai :
S
– I = NX
Bentuk perhitungan
pendapatan nasional ini menunjukkan bahwa ekspor neto suatu perekonomian harus
selalu sama dengan selisih antara tabungannya dan investasinya. Jika S – I dan
NX adalah positif, kita memiliki surplus perdagangan ( trade surplus ). Dalam kasus
ini, kita adalah negara donor di pasar uang dunia, dan kita mengekspor lebih
banyak barang serta jasa daripada mengimpornya. Jika S – I dan NX adlah
negatif, kita memiliki defisit perdagangan ( trade defisit ). Dalam hal ini,
kita adalah negara pengutang di pasar uang dunia, dan kita lebih banyak
mengimpor barang dan jasa dari pada mengekspornya. Jika S – I dan NX adlah nol,
kita katakan memiliki perdagangan berimbang ( balanced trade ) karena nilai
impor sama dengan nilai ekspor.
Kondisi perekonomian di
suatu negara ada 3 yaitu surplus, berimbang dan defesit. Disuatu negara tidak
mungkin ekspornya lebih besar dari pada impor dan juga yang besarnya sama
seperti ekspor.
Surplus, jika ekspor lebih
besar dari pada impor, maka ekspor dikurangi impor akan lebih besar dari pada
nol. Sehingga pendapatan nasional lebih besar dari jumlah konsumsi, investasi
dan belanja pemerintah. Negara yang surplus adalah negara Korea, Singapura, dan
Jepang.
Defisit, tidak
selamanya defisit buruk bisa jadi baik, untuk menatangkan modal dari luar
negeri dan juga faktor dalam negeri terkontrol.
Kurs
Kurs ( exchange rate )
antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara
untuk saling melakukan perdagangan. Kurs terbagi menjadi dua bagian yaitu :
kurs nominal dan kurs riil.
Kurs Nominal ( nominal
exchenge rate ) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Contoh, jika
kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar maka anda bisa
menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. Orang jepang yang ingin memiliki
dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibelinya. Orang Amerika
yang ingin memiliki yen akan mendapatkan 120 yen untuk setiap dolar yang ia
bayar. Ketika orang – orang mengacu pada “kurs” di antara kedua negara, mereka
biasanya mengartikan sebagai kurs nominal.
Kurs Riil ( real
exchange rate ) adalh harga relatif dari barang – barang di antara dua negara. Kurs
riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang – barang dari
suatu negara untuk barang – barang dari negara lain. Kurs riil kadang – kadang disebut
terms of trade. Secara lebih umum, kita bisa menulis perhitungan ini sebagai :
Kurs Riil = Kurs
Nominal x Harga Barang Domestik : Harga Barang Luar Negeri
Perhitungan kurs Riil
untuk barang tunggal ini menjelaskan bagaimana seharusnya kita mendefenisikan
kurs riil untuk kelompok barang yang lebih luas. Kita nyatakan e sebagai kurs
nominal ( jumlah yen per dolar ), P adalah tingkat harga Amerika Serikat ( diukur
dalam dolar ), dan P* adalah tingkat harga di Jepang ( diukur dalam yen ). Maka
kurs riil € adalah
Kurs Riil = Kurs
Nominal x Rasio Tingkat Harga
€ = e x (
P/P* )
Kurs riil di antara
kedua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat bunga di kedua negara, jika
kurs riil tinggi, barang – barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang –
barang domestik relatif lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang – barang luar
negeri relatif lebih mahal, dan barang – barang domestik relatif lebih murah.
Faktor
– Faktor Penentu Kurs Riil
Faktor – faktor penentu
kurs riil adalah :
-
Kurs riil terkait dengan ekspor neto. Bila
kurs riil lebih rendah, barang – barang domestik relatif lebih murah dibanding
barang – barang luar negeri, dan ekspor neto lebih besar.
-
Neraca perdagangan ( ekspor neto ) harus
sama dengan arus modal keluar neto, yang sama dengan tabungan dikurang
investasi. Tabungan dipengaruhi oleh fungsi konsumsi dan kebijakan fiskal;
sementara investasi dipengaruhi oleh fungsi investasi dan tingkat bunga dunia.
Bagaimana kurs riil ditetapkan? Kurs riil
ditetapkan oleh perpotongan garis vertikal yang menunjukkan tabungan dikurang
investasi dengan skedul ekspor – neto yang memiliki kemiringan negatif. Pada perpotongan
ini, jumlah dolar yang ditawarkan untuk arus modal keluar neto sama dengan
jumlah dolar yang diminta untuk ekspor barang dan jasa neto.
Dampak kebijakan fiskal Ekspansioner dalam
negeri terhadap kurs riil, kebijakan fiskal ekspansioner dalam negeri, seperti
peningkatan belanja pemerintah atau pemotongan pajak, mengurangi tabungan
nasional. Akibatnya pengurangan tabungan menurunkan jumlah dolar yang
ditukarkan menjadi mata uang asing turun dan bergeser lalu meningkatkan kurs
riil ekuilibrium.
Kebijakan
fiskal luar negeri apa yang terjadi dengan kurs riil juka pemerintah asing
meningkatkan belanja pemerintah atau memotong pajak? Perubahan kebijakan fiskal
ini akan mengurangi tabungan dunia dan manaikkan tingkat bunga dunia. Kenaikan tingkat
bunga dunia akan mengurangi investasi domestik I, yang meningkatkan S – I dan
NX, sehingga menyebabkan surplus perdagangan.
Faktor
– Faktor Penentu Kurs Nominal
Kurs nominal bisa dituliskan sebagai berikut
:
e
= € x ( P*/P )
persamaan
ini menunjukkan bahwa kurs nominal
bergantung pada kurs riil dan tingkat harga di kedua negara. Berdasarkan nilai
kurs riil, jika tingkat harga domestik P meningkat, maka kurs nominal e akan
turun: karena dolar berkurang nilainya, maka satu dolar akan membeli lebih
sedikit yen. Di sisi lain, jika tingkat harga Jepang P* meningkat, maka kurs
nominal akan meningkat : karena nilai berkurang nilainya, satu dolar akan
membeli lebih banyak yen. Persamaan kurs bisa ditulis
perubahan %
dalam e = Perubahan % dalam € + perubahan % dalam P* - Perubahan % dalam P.
Perubahan presentase
dalam € adalah perubahan kurs riil. Perubahan presentase dalam P adalah tingkat
inflasi domestik π, dan perubahan presentase dalam P* adalah tingkat inflasi
negara lain π*. Jadi perubahan presentase dalam kurs nominal adalah :
Perubahan %
dalam e = Perubahan % dalam € + (π* - π)
Perubahan Presentase Perubahan Presentase selisih
= +
Dalam kurs
Nominal dalam kurs Riil tingkat inflasi
Persamaan ini
menyatakan bahwa perubahan presentase dalam kurs nominal antara mata asing dari
kedua negara sama dengan presentase perubahan dalam kurs riil ditambah selisih
tingkat inflasinya. Jika suatu negara
memiliki tingkat inflasi yang relatif tinggi terhadap Amerika Serikat, satu
dolar akan membeli jumlah mata uang asing yang semakin lama semakin banyak
sepanjang waktu. Jika suatu negara memiliki tingkat inflasi yang relatif rendah
terhadap Amerika Serikat, satu dolar akan membeli jumlah mata uang asing ynag
semakin lama semakin sedikit sepanjang waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar