Jumat, 16 Maret 2018

EMF : MAKALAH : MENGATASI INFLASI DAN DEFLASI DENGAN KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL



MENGATASI INFLASI DAN DEFLASI DENGAN KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ekonomi Moneter Dan Fiskal

Disusun
Oleh :
Nur Auliah
(1601270017)
4A- Perbankan Syariah’16 Pagi


Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan
2018

Jumat, 09 Maret 2018

EMF : PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT



Nur Auliah
1601270017
4A Perbankan Syariah Pagi
Dosen : Totok Harmoyo SE,M,Si
PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT
1.      Permintaan Agregat
Permintaan agregat ( aggregate demand, AD ) adalah hubungan antara jumlah output yang diminta dan tingkat harga agregat. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menyatakan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada setiap tingkat harga.
Persamaan Kuantitas Sebagai Permintaan Agregat
Di bab 4 teori kuantitas menyatakan :
MV = PY
Di mana M adalah jumlah uang beredar, V adalah perputaran uang, P adalah tingkat harga, dan Y adalah jumlah output. Jika perputaran uang adalah konstan, maka persamaan ini menyatakan bahwa jumlah uang beredar menentukan nilai nominal output, yang pada akhirnya merupakan produk dari tingkat harga dan jumlah output.
Namun jika kuantitas ditulis dalam bentuk penawaran dan permintaan untuk keseimbangan uang riil ditulis sbb :
M / P = ( M / P )d = kY
Di mana k = 1 / V adalah parameter yang menentukan berapa banyak uang yang orang ingin pegang untuk setiap dolar pendapatan. Dalam bentu ini, persamaan kuantitas menyatakan bahwa penawaran dari keseimbangan uang riil M / P sama dengan permintaan ( M / P )d dan bahwa permintaan adalah proporsional terhadap output Y. Perputaran uang V adalah “sisi lain” dari parameter permintaan uang k. Asumsi perputaran uang konstan sama dengan asumsi bahwa permintaan untuk keseimbangan uang riil untuk tiap satuan output adaalh konstan.
Kurva permintaan agregat, kurva permintaan agregat AD menunjukkan  hubungan antara tingkat harga P dan jumlah barang dan jasa yang diminta Y. Kurva itu digambarkan untuk nilai jumlah uang beredar M tertentu. Kurva permintaan agregat miring ke bawah semakin tinggi tingkat harga P, semakin renadah tingkat keseimbangan riil M / P, dan karena itu semakin rendah jumlah barang dan jasa yang diminta Y.


Mengapa Kurva Permintaan Agregat Miring Ke Bawah
Kemiringan kurva agregat ke bawah dari kurva permintaan agregat dengan memikirkan penawaran dan permintaan untuk kesimbangan uang riil. Jika output lebih tinggi, orang-orang terlibat dalam lebih banyak transaksi dan membutuhkan keseimbangan riil yang lebih tinggi M / P. Untuk jumlah uang beredar yang tetap M, keseimbangan riil yang lebih tinggi menunjukkan tingkat harga yang lebih rendah. Seblaiknya, juka tingkat harga lebih rendah, keseimbangan uang riil lebih tinggi, tingkat keseimbangan riil yang lebih tinggi menyebabkan volume transaksi yang lebih besar, yang berarti jumlah output yang diminta lebih besar.
Pergeseran Dalam Kurva Permintaan Agregat
Kurva permintaan agregat dibuat untuk nilai dari jumlah uang beredar yang tetap. Dengan kata lain, kurva tersebut menyatakan kombinasi yang mungkin dari P dan Y untuk nilai M tertentu. Jika Fed mengubah jumlah uang beredar, maka kombinasi yang mungkin dari P dan Y berubah, yang berarti kurva permintaan agregat bergeser.
Meskipun teori kuantitas memberikan dasar yang sangat sederhana untuk memahami kurva permintaan agregat, kenyataan sesungguhnya jauh lebih rumit. Fluktuasi dalam jumlah uang beredar bykanlah satu – satunya fluktuasi permintaan agregat. Meskipun jumlah uang beredar tetap konstan, kurva permintaan agregat bergeser jika beberapa peristiwa menyebabkan perubahan perputaran uang.
Penurunan jumlah uang beredar menggeser kurva permintaan agregat kekiri, dan kenaikan jumlah uang beredar menggeser kurva permintaan agregat ke kanan.

2.      Penawaran Agregat
Penawaran agregat ( Aggregate supply, AS ) adalah hubungan antara jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dan tingkat harga. Karena perusahaan yang menawarkan barang dan jasa memiliki harga yang fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga yang kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat yang berbeda : kurva penawaran agregat jangka – panjang ( long – run aggregate supply ) LRAS dan kurva penawaran agregat jangka – pendek ( short – run aggregate supply ) SRAS.

Jangka Panjang : Kurva Penawaran Agregat Vertikal

Y = F ( K, L )
                                                              = Y   
Kurva Penawaran Agregat Jangka – Panjang, dalam jangka panjang, tingkat output ditentukan oleh jumlah modal dan tenaga kerja serta ketersediaan teknologi, tingkat output tidak bergantung pada tingkat harga. Kurva penawaran agregat jangka – panjang, LRAS, adalah vertikal. Jika kurva penawaran agregat adalah vertikal, maka perubahan dalam permintaan agregat mempengaruhi harga tetapi tidak output.  Kurva penawaran agregat vertikal memenuhi dikotomi klasik, karena menunjukkan bahwa tingkat output adalah independen terhadap jumlah uang beredar. Tingkat output jangka panjang ini, Y, disebut kesempatan kerja penuh ( full – employment ) atau tingkat output alamiah ( natural ). Yaitu, pada tingkat output di mana sumber daya perekonomian dikaryakan sepenuhnya atau, yang lebih realistis, di mana pengangguran berada pada titik wajarnya.
Pergeseran permintaan Agregat dalam jangka panjang, penurunan jumlah uang beredar menggeser kurva permintaan agregat ke bawah dari AD1  ke AD2, ekuilibrium untuk perekonomian bergerak dari titik A ke titik B. Kerana kurva penawaran agregat adalah vertikal dalam jangka panjang, penurunan ermintaan agregat mempengaruhi tingkat harga tetapi tidak tingkat output.

Jangka Pendek : Kurva Penawaran Agregat Horisontal
model klasik dan kurva penawaran agregat vertikal hanya berlaku dalam jangka panjang dalam jangka pendek, sebagian harga bersifat kaku dan , karena itu, tidak menyesuaikan dengan perubahan permintaan. Karena kekakuan harga ini, kurva penawaran agregat jangka pendek tidak vertikal.
Ekuilibrium jangka – pendek dari perekonomian adalah perpotongan kurva permintaan agregat dan kurva penawaran agregat jangka – pendek horisontal ini. Dalam hal ini, perubahan permintaan agregat mempengaruhi tingkat output.
Kurva penawaran agregat jangka – pendek, dalam contoh ekstrem ini, seluruh harga adalah tetap dalam jangka pendek. Karena itu, kurva penawaran agregat jangka pendek, SRAS, adalah horisontal.
Jadi penurunan permintaan agregat mengurangi output dalam jangka pendek karena harga – harga tidak disesuaikan secara instan. Setelah penurunan yang tiba – tiba dalam permintaan agregat, perusahaan tertahan dengan harga yang terlalu tinggi. Dengan permintaan rendah dan harga tinggi, perusahaan menjual lebih sedikit produk, sehingga mengurangi produksi dan memecat pekerja. Perekonomian mengalami resensi.
Pergeseran permintaan agregat dalam jangka pendek, penurunan jumlah uang beredar menggeser kurva permintaan agregat ke bawah dari AD1 ke AD2. Ekuilibrium perekonomian bergeser dari titik A ke titik B. Karena kurva penawaran agregat adalah horisontal dalam jangka pendek, penurunan permintaan agregat mengurangi tingkat output.
Ekuilibrium jangka – panjang, dalam jangka panjang perekonomian dengan sendirinya berada pada perpotongan kurva penawaran agregat jangka – panjang dan kurva permintaan agregat. Karena harga – harga telah disesuaikan pada tingkat ini, kurva penawaran agregat jangka – pendek memotong titik ini pula.
Penurunan dalam permintaan agregat, perekonomian dimulai dalam ekuilibrium jangka – panjang pada titik A. Penurunan ermintaan agregat, mungkin disebabkan penurunan perputaran uang, menggerakkan perekonomian dari titik A ke B, di mana output berada di bawah tingkat alamiah. Ketika harga turun, perekonomian berangsur-angsur keluar dari resensi, bergerak dari B ke C.




Guncangan Pada Permintaan Agregat
Contoh dari guncangan permintaan adalah, peluncuran dan penyebarluasan kartu kredit. Karena merupakan cara yang lebih nyaman untuk melakukan pembelian daripada menggunakan uang tunai, kartu kredit mengurangi jumlah uang yang ingin dipegang orang . penurunan permintaan uang ini ekuivalen dengan kenaikan perputaran uang. Ketika setiap orang memegang lebih sedikit uang, parameter permintaan uang k turun. Artinya, setiap dolar beralih dari tangan ke tangan dengan cepat, sehingga perputaran V ( = 1 / k ) meningkat.
Dalam jangka pendek, kenaikan permintaan meningkatkan output perekonomian yang menyebabkan perekonomian mengalami hooming. Dengan harga lama, perusahaan sekarang menjual lebih banyak output. Karena itu, perusahaan mempekerjakan lebih banyak pekerja, meminta para pekerja untuk lembur, dan menggenjot penggunaan pabrik serta peralatan mereka.
Kenaikan permintaan agregat, perekonomian dimulai dalam ekuilibrium jangka panjang pada titik A. Kenaikan permintaan agregat, akibat dari kenaikan perputaran uang, menggerakkan perekonomian dari titik A ke titik B, di mana output berada di atas tingkat tingkat alamiah. Ketika harga naik, output secara berangsur – angsur kembali ke tingkat alamiah, dan perekonomian bergerak dari titik B ke titik C.
Selama itu, tingkat permintaan agregat yang tinggi mendorong harga dan upah. Dengan naiknya tingkat harga, kauntitas output yang diminta menurun, dan perekonomian secara bertahap mendekati tingkat produksi alamiah. Tetapi selama masa transisi ke tingkat harga yang lebih tinggi, output perekonomian lebih tinggi dari ada tingkat alamiahnya.

Guncangan Pada Penawaran Agregat

Guncangan penawaran adalah guncangan pada perekonomian yang bisa mengubah biaya produksi barang serta jasa dan akibatnya, mempengaruhi harga yang dibebankan perusahaan pada konsumen. Karena memiliki dampak yang langsung terhadap tingkat harga, guncangan enawaran kadang – kadang disebut guncangan harga. Contohnya, hama yang menghancurkan pertanian. Penurunan penawaran makanan mendorong harga makanan naik.
Guncangan penawaran yang memperburuk, guncangan penawaran yang memperburuk mendorong biaya dan harga naik. Jika permintaan agregat dipertahankan konstan, perekonomian bergerak dari titik A ke titik B, yang menyebabkan stagflasi – kombinasi dari kenaikan harga dan penurunan output. Secara berangsur – angsur, ketika harga  turun, perekonomian kembali ke tingkat alami titik A.
Menghadapi guncangan yang memperburuk, pembuat kebijakan yang mengendalikan permintaan agregat, seperti Bank Sentral AS (Fed), memiliki pilihan sulit diantara 2 opsi. Opsi pertama adalah mempertahankan permintaan agregat konstan. Dalam kasus ini, output dan kesempatan kerja lebih rendah dari tingkat alamiah. Secara bertahap, harga akan turun untuk mencapai full employment pada tingkat harga lama. Tetapi akibat dari proses ini adalah resesi yang parah.
Opsi kedua adalah memperluas permintaan agregat untuk membawa perekonomian ke arah tingkat alami secara lebih cepat. Jika kenaikan permintaan agregat bersamaan dengan guncangan penawaran agregat, perekonomian akan segera bergerak ketitik A ke titik C. Dalam hal ini, Fed dikatakan mengakomodasi guncangan penawaran. Penggambaran opsi ini, tentu saja, adalah bahwa tingkat harga secara permanen lebih tinggi. Tidak ada jalan untuk menyesuaikan permintaan agregat baik untuk mempertahankan full employment maupun mempertahankan tingkat harga yang stabil.
Mengakomodasi guncangan penawaran yang memperburuk, dalam menanggapi guncangan penawaran yang memperburuk, Fed bisa meningkatkan permintaan agregat untuk mencegah penurunan output. Perekonomian bergerak dari titik A ke ttik C. Biaya dari kebijakan ini adalah tingkat harga yang lebih tinggi secara permanen.


Kamis, 08 Maret 2018

EMF : REVIEW JURNAL : Fiscal Policy, Monetary Policy And Central Bank Independence.



REVIEW JURNAL

1.     Judul                 : Fiscal Policy, Monetary Policy And Central Bank Independence.
2.      Jurnal               : Jurnal Internasional.
3.      Halaman            : 1-17 Halaman
4.      Tahun                : 26 Agustus 2016
5.      Penulis              : Christopher A. Sims
6.      Reviewer           : Nur Auliah
7.     Tanggal             : 04 – Maret - 2018


             ABSTRAK

            Jurnal yang berjudul Fiscal Policy, Monetary Policy And Central Bank Independence ini adalah jurnal yang membahas tentang isu-isu terkait kebijakan moneter dan fiskal, yaitu yang paling dominan adalah  tentang suatu teori fiskal yang mengenai tingkat suatu harga bagaimana kebijakan fiskal mengendalikan tingkat harga dan tingkat suku bunga, dan bagaimana kebijakan moneter mengendalikan jumlah uang beredar, mengatasi inflasi yang tinggi dan keterkaitan indepedensi bank sentral dengan kebijakan moneter dan fiskal.

            Abstrak yang digunakan oleh penulis adalah abstrak dalam bahasa inggris dan harus diterjemahkan terlebih dahulu kebahasa indonesia, secara keseluruhan abstrak yang tercantum dalam jurnal langsung mencakup topik yang dibahas dalam jurnal ini, dan sehingga itu memudahkan bagi pembaca untuk memahaminya.

PENDAHULUAN

            Dalam paragraf pertama penulis menyimpukan berbagai pertayaan- pertanyaan. Yang pertama, apa independensi bank sentral di lingkungan saat ini, dan bagaimana cara mempertahankannya? Kedua, apakah neraca bank sentral yang besar jinak, atau tidak? Ketiga, mengapa kebijakan moneter tidak efektif membawa inflasi naik ke level target di AS, Eropa dan Jepang? Keempat, bisakah pengaduan defisit fiskal bisa menggantikan kebijakan moneter yang tidak efektif dalam kondisi seperti ini?

            Penulis juga mengatakan bahwa, literatur teori fiskal tentang tingkat harga sebagian besar bekerja dengan model dinamika yang beragam dan mengasumsikan ekonomi yang dihuni oleh agen rasional dengan gagasan akurat tentang probabilitas kejadian masa depan, termasuk perilaku kebijakan. Disini suatu sapek kelipatannya adalah tidak mudah untuk mempopulerkan dan mengajarkan kepada mahasiswa sarjana, dan karena suatu asumsi agen rasional membuat beberapa ekonom mengabaikan teori tersebut dan menganggap teori tersebut sebagai hal yang tidak realistis, dan mencapai kesimpulan yang aneh karena bersandar terlalu keras pada asumsi yang rasionalitas. Tetapi wawasan dasar suatu teori sebenarnya tidak bergantung pada suatu asumsi agen rasional. Mereka hanya meminta orang-orang yang memegang surat kabar untuk meningkatkan suatu nilai yang sebenarnya dimana itu akhirnya akan menghabiskan sebagian darinya dan bahwa pajak masa depan yang diharapkan hingga saat ini, dan juga bahkan harapan tidak terbentuk secara rasional, dan akan menekan pengeluaran.
            Penulis juga menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diberikan pada paragraf pertama tadi jawaban pertama yaitu, Independensi bank sentral mencoba memisahkan kebijakan  moneter dan kebijakan fiskal, namun bukan pemisahan yang lengkap, karena setiap tindakan kebijakan moneter memiliki konsekuensi fiskal. Selama inflasi yang cepat atau periode yang sangat rendah inflasi dan suku bunga, koordinasi kebijakan fiskal dan moneter sangat diperlukan. Melestarikan kemandirian menuntut agar terus-menerus mengenali kebutuhan akan koordinasi dalam kondisi seperti ini. Jawaban kedua, mereka tidak, neraca yang besar sejalan dengan kenaikan kewajiban berbunga dan meningkatnya ketidakcocokan antara karakteristik risiko aset dan kewajiban. Hal ini menciptakan risiko fluktuasi nilai bersih yang besar pada nilai pasar, bahkan mungkin kewilayah negatif. Ini semua mengundang tebakan kedua politis, dan mencerminkan dampak fiskal yang meningkat dari keputusan bank sentral, sehingga mengancam independensi. Jawaban ketiga, tentu pada satu tingkat jawabannya adalah bahwa tingkat suku bunga mendekati nol untuk periode yang diperpanjang, sehingga tindakan kebijakan moneter standar, dan yang akan mengurangi tingkat suku bunga, sangat dibatasi. Namun efektivitas kebijakan moneter mensyaratkan bahwa pada tingkat inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga menghasilkan kontraksi fiskal dan pada tingkat inflasi yang rendah, tingkat bunga yang menurun menghasilkan ekspansi fiskal. Kegigihan inflasi rendah dan suku bunga rendah bukanlah suatu kejutan ketika, seperti yang sebenarnya, rendahnya tingkat suku bunga gagal menghasilkan ekspansi fiskal yang substansial. Jawaban terakhir adalah, ekspansi fiskal dapat menggantikan kebijakan moneter yang tidak efektif pada tingkat nol yang lebih rendah, namun ekspansi fiskal tidak sama dengan defisit keuangan. Ini semua memerlukan suatu defisit yang ditujukan dan dikondisikan menghasilkan inflasi. Defisit harus dilihat sebagaimana dibiayai oleh inflasi masa depan, bukan pajak masa depan atau pemotongan belanja pemerintah.

TUJUAN
Jurnal ini menawarkan tentang kebijakan  moneter, kebijakan fiskal, defisit pemerintah, peningkatan suku bunga. Dan di dalam jurnal ini juga meiliki kejelasan  tentang independensi bank sentral, neraca bank sentral yang besar, uraian tingkat harga dengan teori fiskal, dan cara mengatasi kebijakan moneter.





PEMBAHASAN
Pada jurnal ini pokok pembahasan yang dibahas oleh penulis dibagi dengan beberapa sub pokok pembahasan yaitu :
1.      Deskripsi Informal Teori Fiskal Tentang Tingkat Harga
Isi jurnal :
Teori  fiskal tentang tingkat harga didasarkan pada gagasan sederhana. Tingkat harga tidak hanya tingkat di mana perdagangan mata uang untuk barang dalam perekonomian, Ini juga merupakan tingkat di mana kewajiban membayar utang pemerintah untuk barang-barang yang sudah dibeli. Kebijakan fiskal, dengan menentukan berapa banyak sumber daya riil akan tersedia di masa depan untuk melayani dan menghentikan hutang, mempengaruhi seberapa menarik nominal utang pemerintah sebagai investasi. Kenaikan pada surplus primer yang diharapkan di masa depan membuat utang nominal menjadi investasi yang lebih menarik, sehingga mengurangi permintaan dan menciptakan tekanan deflasi. Peningkatan jumlah hutang nominal terjadi melalui defisit pemerintah, dan, tergantung pada alasan defisit, kenaikan nominal hutang dapat mengubah kepercayaan tentang dukungan fiskal masa depan untuk hutang pada saat yang sama yang mempengaruhi jumlah hutang yang beredar. Teori fiskal tidak tentang tingkat harga , oleh karena itu, cukup ganti anggapan bahwa jumlah uang menentukan tingkat harga dengan gagasan bahwa jumlah utang pemerintah, atau urutan defisit nominal, menentukan tingkat harga. Ini menyiratkan bahwa kebijakan tingkat suku bunga, kebijakan pajak, dan kebijakan pengeluaran, keduanya sekarang dan yang diperkirakan akan berkembang di masa depan, bersama-sama menentukan tingkat harga.
Penambahan Sumber lain :
Kebijakan Fiskal Seimbang
Kebijakan fiskal seimbang merupakan kebijakan yang membuat antara penerimaan dan pengeluaran menjadi sama jumlahnya. Salah satu kelebihan dari  kebijakan fiskal seimbang yaitu Negara tidak perlu meminjam dana dari pihak dalam Negeri atau luar Negeri. Sedangkan kelemahannya, kondisi perekonomian akan menjadi terpuruk apabila keadaan perekonomian negara dalam kondisi tidak menguntungkan.
Kebijakan Fiskal Surplus
Kebijakan fiskal surplus merupakan  kebijakan yang mana jumlah pendapatan harus sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pengeluaran. Kebijakan fiskal ini merupakan cara untuk menghindari inflasi.
Kebijakan Fiskal Defisit
Kebijakan fiskal defisit yaitu kebijakan yang berlawanan dengan kebijakan surplus. Berarti jumlah pendapatan lebih rendah dari jumlah  pengeluaran. Beberapa kelebihan dari kebijakan fiskal ini adalah bisa mengatasi kelesuan dan depresi pertumbuhan perekonomian. Sedangkan untuk kekurangannya adalah anggaran negara selalu dalam keadaan kekurangan.

2.      Independensi Bank Sentral
Isi jurnal :
Independensi bank sentral mengambil berbagai bentuk kelembagaan tertentu, namun tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah institusi yang agak terisolasi dari kekuatan politik jangka pendek dan bertugas mengendalikan inflasi sebagai tugas utama. Lembaga ini dimaksudkan untuk tidak menjadi fiskal - tidak memiliki kekuatan pajak langsung dan hanya dapat menggunakan mandat kebijakan yang terbatas. Ini berarti dalam praktiknya bahwa instrumen kebijakannya adalah operasi pasar terbuka, mengendalikan penawaran mata uang dan cadangan dengan membeli dan menjual sekuritas.
Dalam upaya untuk melindungi bank sentral dari pertimbangan kebijakan fiskal, banyak negara telah menempatkan hambatan hukum pada tekanan semacam itu, dalam bentuk, misalnya, janji jangka panjang kepada dewan bank sentral, larangan pembelian bank sentral hutang pemerintah mereka sendiri, atau pengecualian pejabat terpilih dari posisi kebijakan bank sentral. Dincer dan Eichengreen (2014), memperluas pekerjaan sebelumnya di bidang ini, berikan daftar tindakan yang mereka gunakan untuk mengukur tingkat kemandirian bank sentral dari seluruh dunia.

Penambahan sumber lain :

Independensi bank sentral merupakan suatu “kebenaran” yang harus diikuti oleh semua negara di dunia modern sekarang ini. Nilai kebenaran tersebut nyaris setara dengan konsep demokrasi dalam dunia politik ataupun konsep persaingan bebas dalam dunia ekonomi.
Kekuasaan yang independen pada bank sentral hanya terbatas pada kekuasaan yang oleh undang-undang atau oleh pemerintah dan parlemen disepakati untuk didelegasikan kepada bank sentral. Pemisahan kekuasaan itu bukanlah dalam pengertian politik, tetapi lebih merupakan pemisahan fungsi, sebab bank sentral diberi fungsi secara khusus mengenai kebijakan moneter dan finansial pada satu Negara. Pemisahan kekuasaan itu hanyalah merupakan pendelegasian kekuasaan dalam menjalankan kebijakan yang spesifik terlepas dari campur tangan pemerintah agar terjadi efisiensi.

Independensi Bank Indonesia
Independensi Kelembagaan (Institutional Independence)  Bank Indonesia adalah lembaga negara yang bebas dari campur tangan pemerintah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
 Independensi Sasaran Akhir (Goal Independence) Bank Indonesia dalam menetapkan sasaran akhir kebijakan moneter yaitu sasaran inflasi mempunyai tingkat independensi yang rendah, karena harus berkoordinasi dengan pemerintah.
Independensi Instrumen (Instrument Independence) Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menetapkan sendiri sasaran-sasaran moneter dan melaksanakan pengendalian moneter dengan menggunakan berbagai instrumen moneter yang lazim digunakan.
Independensi Personal (Personal Independence) Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apa pun dan dari pihak manapun.
Independensi Keuangan (Financial Independence) Dewan Gubernur berwenang menetapkan anggaran tahunan Bank Indonesia yang meliputi anggaran kegiatan operasional, anggaran kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan perbankan.

3.      Neraca Bank Sentral Yang Besar
Isi jurnal :

Dampak fiskal dari keuntungan dan kerugian neraca bank sentral, bahkan dengan tingkat neraca yang diperluas saat ini, sederhana dibandingkan dengan dampak fiskal yang akan timbul jika suku bunga naik ke level normal. Meski begitu mereka cukup besar untuk menghasilkan diskusi publik, Fluktuasi neraca kemungkinan akan terlihat lebih terkait langsung dengan bank sentral itu sendiri. Tetesan drastis pada arus seigniorage, atau bahkan persyaratan suntikan modal yang cukup besar ke bank sentral dari perbendaharaan, bisa timbul. Mereka mungkin keliru, atau sinis, digambarkan karena salah urus bank sentral. Dan memang mereka akan mewakili bank sentral yang mengambil risiko dan dengan demikian membuat keputusan fiskal yang penting. Sebuah badan legislatif yang terlambat menyadari bahwa ini mungkin telah terjadi secara sah mempertanyakan apakah bank sentral telah melampaui mandatnya.
Neraca bank sentral yang besar, dengan aset produktif yang tidak sempurna dan kewajiban berbunga, mungkin timbul sebagai efek samping sementara yang diperlukan dari pinjaman operasi terakhir. Tapi, karena mereka memperkuat dampak fiskal dari tindakan kebijakan moneter bank sentral dan dapat mendorong pembahasan intervensi kebijakan moneter fiskal ke tahap politik, Ekspansi neraca seperti itu akhirnya harus dibalik.

Penambahan sumber lain :

Neraca Bank Sentral
Kegiatan bank sentral di dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter tercermin pada bentuk umum pada neraca yang disusun. Secara singkat pos-pos atau rekening utama pada neraca bank sentral adalah sebagai berikut :
1.      Kekayaan (assets)
a.       Cadangan, yang meliputi :
-          Sertifikat Emas
-          Special Drawing Rights (SDR)
-          Valuta Asing
b.      Pinjaman yang diberikan (loans), terutama kepada bank umum.
c.       Surat berharga (sebagian besar adalah surat berharga milik pemerintah).
d.      Kekayaan lain-lain, dapat berupa tanah, gedung atau peralatan-peralatan.
2.      Hutang (Liabilitas)
a.       Uang kertas
b.      Deposito, yang merupakan bagian terbesar adalah deposito bank umum.
c.       Surplus diperoleh dari : bunga surat berharga yang ditahan, bunga pinjaman yang diberikan dan dari kegiatan lain.
d.      Lain-lain (misalnya: pengeluaran yang belum dibayar).

                                    Dari uraian di atas jelas tampak bahwa pada dasarnya kekayaan bank sentral diperoleh dengan menciptakan hutang terhadap dirinya sendiri. Seperti pada contoh pembelian surat berharga, kekayaan yang berupa surat berharga ini dapat diperoleh dengan menciptakan  hutang berupa deposito bank umum.
METODOLOGI
                        Metode yang terdapat dalam penelitian ini  adalah metode pengumpulan data, di dalam penelitian ini menggunakan suatu metode survey yang dilakukan terhadap data-data yang sudah ada atau sudah diperoleh dan dikumpulkan. Sehingga dalam penelitian ini dapat tercapai tujuan yang diteliti.
KESIMPULAN
                        Kebijakan fiskal tidak mempengaruhi tingkat harga, cukup ganti anggapan bahwa jumlah uang menentukan tingkat harga dengan gagasan bahwa jumlah utang pemerintah, atau urutan defisit nominal, menentukan tingkat harga. Kebijakan fiskal ada tiga jenis yaitu : Kebijakan Fiskal Defisit, Kebijakan Fiskal Surplus, Kebijakan Fiskal Berimbang.
Independensi bank sentral merupakan suatu “kebenaran” yang harus diikuti oleh semua negara di dunia modern sekarang ini. Nilai kebenaran tersebut nyaris setara dengan konsep demokrasi dalam dunia politik ataupun konsep persaingan bebas dalam dunia ekonomi. Independensi bank sentral tugas utamanya adalah mengatasi inflasi.
Neraca bank sentral yang besar , dan suatu produktivitas yang kurang sempurna, dan kewajiban berbunga, dan mungkin akan timbul sebagai suatu efek samping sementara yang diperlukan dari pinjaman terakhir. Tapi, karena mereka memperkuat dampak fiskal dari tindakan kebijakan moneter dan dapat mendorong pembahasan intervensi kebijakan moneter fiskal ke tahap politik, Ekspansi neraca seperti itu akhirnya harus dibalik.


KEUNGGULAN
Menurut pendapat saya keunggulan dari jurnal ini adalah jurnal yang singkat, padat, namun tepat. Dan tidak terlalu banyak teori yang disamaikan, dan juga pertanyaan yang dijawab dengan tepat.


            SARAN
            Menurut saya, jurnal ini harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami, meskipun singkat seharusnya menggunakan bahasa yang tidak asing atau bahasa yang bisa dimengerti oleh pembaca.

Link Jurnal :

 REFERENSI