Nur
Auliah
1601270017
4A
Perbankan Syariah’16 Pagi UMSU
Dosen
: Totok Harmoyo SE,M.Si
MENGUKUR NILAI AKTIVITAS EKONOMI
Gdp,
Gnp, Nnp, Ihk & Pendapatan Maksimal
Inti dari pengelolaan kebijakan moneter dan fiskal adalah untuk mengelola
perekonomian. Tujuan dari perekonomian adalah untuk pemerataan ekonomi, dan
dalam mencapai tujuan itu kita harus memahami GNP dan GDP.
1. GDP
( Gross Domestic Product )
GDP
adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah dalam negeri,
negara tertentu baik oleh warga negaranya sendiri ataupun oleh pihak asing.
Untuk memperoleh
gambaran tentang GDP/PNB kita harus mempelajarinya seperti diibaratkan sebuah
perusahaan roti. Perusahaan menggunakan para pekerjanya untuk memproduksi roti,
yang kemudian dijual ke rumah tangga. Dengan demikian, tenaga kerja menyalurkan
dari rumah tangga ke perusahaan, dan roti menyalurkan dari perusahaan ke rumah
tangga. Rumah tangga membeli roti dari perusahaan. Perusahaan menggunakan
sebagian penerimaannya dari penjualan ini untuk membayar upah tenaga kerja
mereka, dan sisanya adalah keuntungan yang dinikmati para pemilik perusahaan
dan mereka itu juga adalah bagian dari sektor rumah tangga. Dengan demikian,
pengeluaran atas roti menyalurkan dari rumah tangga ke perusahaan, dan
pendaatan dalam bentuk upah dan laba (keuntungan) menyalurkan dari perusahaan
ke rumah tangga. Jadi gambaran dari PDB pada contoh diatas menjelaskan bahwa
bahan baku utama untuk membuat roti adalah tenaga kerja.
a.
GDP Riil dan GDP Nominal
Untuk mengukur GDP riil
adalah dengan harga tahun dasar atau disebut juga harga konstan. Ukuran
kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output barang dan jasa
perekonomian dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga, ini disebut
dengan GDP riil. Untuk mengetahui perhitungan GDP riil kita akan menbandingkan
output pada tahun 2009 dengan output pada tahun berikutnya dalam perekonomian
jeruk- apel- dan buah naga. Kita bisa muali dengan memilih sekumpulan harga,
misalnya harga yang berlaku pada tahun 2009. Barang dan jasa lalu ditambahkan
dengan menggunakan harga dasar-tahunan ini
untuk menilai barang-barang yang berbeda di kedua tahun. GDP Riil di
tahun 2009 adalah
GDP Riil 2009 : 25 kg x
10.000 + 15 kg x 20.000 + 10 kg x 15.000
= 700.000
Begitu
juga pada tahun-tahun berikutnya, bahwa harga GDP pada tahun 2009 digunakan
untuk menghitung GDP Riil tiga tahun berikutnya. Karena harga dipertahankan
konstan, GDP riil bervariasi dari tahun ke tahun hanya jika jumlah yang
diproduksi berbeda. Karena kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi bagi para anggotanya sangat bergantung pada jumlah brang dan jasa yang
diproduksi, maka GDP riil meberikan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik
ketimbang GDP Nominal.
Untuk
mengukur GDP Nominal adalah dengan harga yang berlaku pada tahun itu.
Contoh perhitungan GDP
Nominal dalam perekonomian jeruk-apel- buah naga seperti contoh GDP Riil
diatas.
GDP Nominal 2009 : 30 kg x 12.000 + 15 kg x 30.000 + 20 kg x
17.000
=
1.000.000
Namun jika GDP Riil :
30 kg x 10.000 + 15 kg x 20.000 + 20 kg x 15.000
= 800.000
Dicontoh
ini dapat menjelaskan bahwa jika harga yang dibuat tidak menggunakan harga
dasar seperti contoh GDP riil diatas tapi menggunakan harga pada tahun itu.
Sedangkan jika harga GDP nominal diganti dengan harga GDP riil maka harga
keseluruhan menjadi turun. Namun GDP nominal ini adalah ukuran yang tidak
secara akurat mencerminkan sejauh mana perekonomian bisa memuaskan permintaan
rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Jika seluruh harga digandakan tanpa
perubahan dalam jumlah, GDP akan
berlipat ganda. Tetapi tidak benar jika kita mengatakan bahwa kemampuan
perekonomian untuk memuaskan permintaan telah berlipat ganda, karena jumlah
setiap produk yang diproduksi tetap sama.
Mengapa
harus ada Nominal dan Riil karena kita masih menggunakan uang kertas lebih baik
menggunakan uang emas, karena lebih stabil jika kita menggunakan uang kertas
maka inflasi lebih tinggi. Jika menggunakan uang emas pekerjaan pemerintah jadi
berkurang dibandingkan uang kertas.
2. GNP
( Gross National Product )
GNP adalah barang dan jasa yang dihasilakan
oleh warga negara/penduduk suatu negara selama satu tahun, baik yang tinggal di
dalam negeri maupun luar negeri. Atau GDP
+ transfer dari luar negeri – transfer ke luar negeri. Contohnya ketika kita mendirikan bank di Lluar negeri dan ketika sudah mendapatkan deviden maka deviden itu di bawa pulang ke negara asal atau ke negara pendiri pertama bank tersebut. Untuk mendapatkan GNP kita menambah penerimaan dari pendapatan faktor produksi ( upah, laba, dan sewa )dari seluruh dunia dan mengurangi pembayaran dari pendapatan faktor ke seluruh dunia. Dalam GNP ada bagian barang atau jasa yang diperoleh dari luar negeri.
+ transfer dari luar negeri – transfer ke luar negeri. Contohnya ketika kita mendirikan bank di Lluar negeri dan ketika sudah mendapatkan deviden maka deviden itu di bawa pulang ke negara asal atau ke negara pendiri pertama bank tersebut. Untuk mendapatkan GNP kita menambah penerimaan dari pendapatan faktor produksi ( upah, laba, dan sewa )dari seluruh dunia dan mengurangi pembayaran dari pendapatan faktor ke seluruh dunia. Dalam GNP ada bagian barang atau jasa yang diperoleh dari luar negeri.
3. NNP
( Net National Product )
Untuk mendapatkan
produk nasional netto ( NNP ), kita kurangi depresiasi modal -jumlah persediaan
pabrik pabrik, peralatan, dan struktur residensial perekonomian yang habis
dipakai selama setahun. Atau NNP = GNP – Depresiasi. Penyusutan merupakan
ukuran dari bagian GNP yang harus disisihkan untuk menjaga kapasitas produksi
dari perekonomian. Biasanya data GNP lebih banyak digunakan dibandingkan dengan
NNP karena persoalan estimasi penyustan mungkin tidak teliti dan juga tidak
tersedia dengan cepat sedangkan perkiraan GNP tersedia dalam bentuk sementara. Contohnya bila kita membeli sebuah mobil
seharga 100 jt maka setelah setahun nilai dari mobil tersebut akan berkurang
atau mengalami penyusutan harga karena
bentuk nya yang tidak mulus seperti baru, lalu dihitung keseluruhan GNP
dikurang dengan Depresiasi maka dapatlah nilai NNP.
4. Pendapatan
Nasional
Pendapatan nasional
adalah untuk pajak bisnis tidak langsung, seperti pajak penjualan. Pajak
penjualan, yang jumlahnya kira – kira 10 persen dari NNP, memunculkan irisan di
antara harga yang dibayar konsumen atas suatu barang dan harga yang diterima
perusahaan. Karena perusahaan – perusahaan tidak pernah menerimanya, maka
irisan pajak ini bukan bagian dari pendapatan mereka. Ketika kita mengurangi
pajak usaha tidak langsung dari NNP, kita mendapatkan ukuran yang disebut
pendapatan nasional ( national income ). Atau pendapatan nasional = NNP –
Pajak.
Perhitungan pendapatan
nasional dengan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan menjumlahkan permintaan
akhir unit – unit ekonomi, yaitu :
a. Rumah
tangga berupa konsumsi ( consumption / C )
b. Perusahaan
berupa investasi ( investment / I )
c. Pengeluaran
pemerintah ( goverment / G )
d. Pengeluaran
ekspor dan impor ( export – import / X – M )
Perhitungan
pendapatan nasional dengan pendekatan ini
biasa dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Y
= C + I + G + X - M
Pos
pendapatan nasional membagi pendapatan nasional menjadi lima komponen,
bergantung ada cara pendapatan itu dieroleh. Lima kategori itu, dan presentase
pendapatan nasional yang dibayar dalam setiap kategori, adalah :
-
Kompensasi pekerja ( 71,3 % ). Upah dan
tunjangan yang dihasilkan pekerja.
-
Pendapatan perusahaan perseorangan ( 9,5
% ). Pendapatan bisnis nonkroporasi, seperti lahan pertanian kecil, toko
kelontong kecil, dan konsultan hukum.
-
Pendapatan sewa ( 1,4 % ). Pendapatan yang
diterima tuan tanah, termasuk sewa terkait yang “dibayar” para pemilik rumah
untuk mereka sendiri, dikurangi biaya, seperti depresiasi.
-
Laba kororasi ( 12,4 % ). Pendapatan korporasi
setelah pembayaran ke para pekerjaan dan kreditor.
-
Bunga neto ( 5,4 % ). Bunga yang dibayar
perusahaan domestik dikurangi bunga yang mereka terima, ditambah bunga yang
diterima dari pihak asing.
5. IHK
( Index Harga Konsumen ) / CPI ( Consumer Price Index )
Ukuran mengenai tingkat
harga yang paling banyak digunakan adalah IHK atau CPI. CPI adalah suatu
indikator inflasi. Biro statistik tenaga kerja, yang merupakan bagian dari Departemen
Tenaga Kerja AS, bertugas menghitung CPI. Perhitungan itu dimulai dengan
mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika GDP mengubah jumlah
berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai
produksi, CPI mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah indeks
tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga.
CPI adalah harga
sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga sekelompok barang dan jasa
yang sama pada tahun dasar.
IHK = Harga – harga
komoditi tahun berjalan x jumlah produksi / harga
– harga komoditi tahun dasar x jumlah produksi.
Indeks Harga Konsumen
adalah indeks harga yang paling sering dan dipakai, tetapi bukan satu – satunya
indeks. Masih ada indeks harga produsen, yang mengukur harga sekelompok barang
yang dibeli perusahaan, bukan konsumen. Selain indeks harga keseluruhan, biro
statistik tenaga kerja juga menghitung indeks harga untuk jenis – jenis barang
tertentu, seperti makanan, perumahan, dan energi.
Karena begitu banyak
yang mengandalkan CPI, penting untuk menjamin bahwa ukuran tingkat harga ini
akurat. Banyak ekonom percaya bahwa, untuk sejumlah alasan, CPI cenderung
melebihkan nilai inflasi.
Satu masalah adalah bsa
substansi yang kita bahas sebelumnya. Karena mengukur harga dari sekelompok
barang tetap, CPI tidak mencerminkan kemampuan konsumen melakukan substansi ke
barang – barang yang harga relatifnya rendah. Jadi, ketika harga relatif
berubah, biaya hidup yang sebenarnya tidak meningkat secepat CPI.
Masalah kedua adalah
peluncuran produk – produk baru. Ketika sebuah produk baru di luncurkan ke
pasar, konsumen merasa lebih baik, karena mereka memiliki lebih banyak produk
pilihan. Sebenarnya, peluncuran produk baru meningkatkan nilai riil dolar. Namun
peningkatan daya beli dolar ini tidak tercermin dalam CPI yang lebih rendah.
Masalah ketiga adalah perubahan – perubahan mutu yang tidak
terukur. Ketika perusahaan mengubah mutu produk yang dijualnya, tidak semua perubahan
harga produk mencerminkan perubahan biaya hidup. Biro analisi ekonomi bertugas
menghitung perubahan – perubahan dalam mutu produk sepanjang waktu. Misalnya,
jika ford meningkatkan tenaga kerja model mobil tertentu dari satu tahun ke
tahun berikutnya, CPI akan mencerminkan perubahan : harga mobil yang
disesuaikan dengan mutunya tidak akan meningkat secepat harga yang tidak
disesuaikan dengan mutunya tidak akan
meningkat secepat harga yang tidak disesuaikan. Namun, banyak perubahan dalam
kualitas sukar diukur, misalnya dalam hal keamanan dan kenyamanan. Jika peningkatan
mutu yang tidak terukur ( bukan penurunan mutu yang tidak terukur ) bersifat
tipikal, maka CPI meningkat lebih cepat dari yang seharusnya.
Karena masalah
pengukuran ini, sebagian ekonom telah menyarankan merevisi aturan untuk
mengurangi derajat indeksasi. Misalnya, tunjangan jamninan sosial di indeks ke
inflasi CPI dikurang 1 persen. Perubahan itu akan memberikan cara untuk
menghilangkan masalah pengukuran ini. Pada saat yang sama, perubahan itu akan
secara otomatis memperlambat pertumbuhan pengeluaran pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar