Jumat, 16 Februari 2018

EMF : MENGUKUR NILAI AKTIVITAS EKONOMI Gdp, Gnp, Nnp, Ihk & Pendapatan Maksimal



Nur Auliah
1601270017
4A Perbankan Syariah’16 Pagi UMSU
Dosen : Totok Harmoyo SE,M.Si
  MENGUKUR NILAI AKTIVITAS EKONOMI
Gdp, Gnp, Nnp, Ihk & Pendapatan Maksimal
       Inti dari pengelolaan kebijakan  moneter dan fiskal adalah untuk mengelola perekonomian. Tujuan dari perekonomian adalah untuk pemerataan ekonomi, dan dalam mencapai tujuan itu kita harus memahami GNP dan GDP.
1.      GDP ( Gross Domestic Product )
     GDP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah dalam negeri, negara tertentu baik oleh warga negaranya sendiri ataupun oleh pihak asing.
Untuk memperoleh gambaran tentang GDP/PNB kita harus mempelajarinya seperti diibaratkan sebuah perusahaan roti. Perusahaan menggunakan para pekerjanya untuk memproduksi roti, yang kemudian dijual ke rumah tangga. Dengan demikian, tenaga kerja menyalurkan dari rumah tangga ke perusahaan, dan roti menyalurkan dari perusahaan ke rumah tangga. Rumah tangga membeli roti dari perusahaan. Perusahaan menggunakan sebagian penerimaannya dari penjualan ini untuk membayar upah tenaga kerja mereka, dan sisanya adalah keuntungan yang dinikmati para pemilik perusahaan dan mereka itu juga adalah bagian dari sektor rumah tangga. Dengan demikian, pengeluaran atas roti menyalurkan dari rumah tangga ke perusahaan, dan pendaatan dalam bentuk upah dan laba (keuntungan) menyalurkan dari perusahaan ke rumah tangga. Jadi gambaran dari PDB pada contoh diatas menjelaskan bahwa bahan baku utama untuk membuat roti adalah tenaga kerja.

a.       GDP Riil dan GDP Nominal
Untuk mengukur GDP riil adalah dengan harga tahun dasar atau disebut juga harga konstan. Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output barang dan jasa perekonomian dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga, ini disebut dengan GDP riil. Untuk mengetahui perhitungan GDP riil kita akan menbandingkan output pada tahun 2009 dengan output pada tahun berikutnya dalam perekonomian jeruk- apel- dan buah naga. Kita bisa muali dengan memilih sekumpulan harga, misalnya harga yang berlaku pada tahun 2009. Barang dan jasa lalu ditambahkan dengan menggunakan harga dasar-tahunan ini  untuk menilai barang-barang yang berbeda di kedua tahun. GDP Riil di tahun 2009 adalah
GDP Riil 2009 : 25 kg x 10.000 + 15 kg x 20.000 + 10 kg x 15.000
                                    = 700.000
Begitu juga pada tahun-tahun berikutnya, bahwa harga GDP pada tahun 2009 digunakan untuk menghitung GDP Riil tiga tahun berikutnya. Karena harga dipertahankan konstan, GDP riil bervariasi dari tahun ke tahun hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda. Karena kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bagi para anggotanya sangat bergantung pada jumlah brang dan jasa yang diproduksi, maka GDP riil meberikan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik ketimbang GDP Nominal.
Untuk mengukur GDP Nominal adalah dengan harga yang berlaku pada tahun itu.
Contoh perhitungan GDP Nominal dalam perekonomian jeruk-apel- buah naga seperti contoh GDP Riil diatas.
GDP Nominal 2009    : 30 kg x 12.000 + 15 kg x 30.000 + 20 kg x 17.000
                                    = 1.000.000
Namun jika GDP Riil : 30 kg x 10.000 + 15 kg x 20.000 + 20 kg x 15.000
                                    = 800.000
Dicontoh ini dapat menjelaskan bahwa jika harga yang dibuat tidak menggunakan harga dasar seperti contoh GDP riil diatas tapi menggunakan harga pada tahun itu. Sedangkan jika harga GDP nominal diganti dengan harga GDP riil maka harga keseluruhan menjadi turun. Namun GDP nominal ini adalah ukuran yang tidak secara akurat mencerminkan sejauh mana perekonomian bisa memuaskan permintaan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Jika seluruh harga digandakan tanpa perubahan dalam jumlah, GDP  akan berlipat ganda. Tetapi tidak benar jika kita mengatakan bahwa kemampuan perekonomian untuk memuaskan permintaan telah berlipat ganda, karena jumlah setiap produk yang diproduksi tetap sama.
Mengapa harus ada Nominal dan Riil karena kita masih menggunakan uang kertas lebih baik menggunakan uang emas, karena lebih stabil jika kita menggunakan uang kertas maka inflasi lebih tinggi. Jika menggunakan uang emas pekerjaan pemerintah jadi berkurang dibandingkan uang kertas.
2.      GNP ( Gross National Product )
 GNP adalah barang dan jasa yang dihasilakan oleh warga negara/penduduk suatu negara selama satu tahun, baik yang tinggal di dalam negeri maupun luar negeri. Atau GDP
+ transfer dari luar negeri – transfer ke luar negeri. Contohnya ketika kita mendirikan bank di Lluar negeri dan ketika sudah mendapatkan deviden maka deviden itu di bawa pulang ke negara asal atau ke negara pendiri pertama bank tersebut. Untuk mendapatkan GNP kita menambah penerimaan dari pendapatan faktor produksi ( upah, laba, dan sewa )dari seluruh dunia dan mengurangi pembayaran dari pendapatan faktor ke seluruh dunia. Dalam GNP ada bagian barang atau jasa yang diperoleh dari luar negeri.

3.      NNP ( Net National Product )
Untuk mendapatkan produk nasional netto ( NNP ), kita kurangi depresiasi modal -jumlah persediaan pabrik pabrik, peralatan, dan struktur residensial perekonomian yang habis dipakai selama setahun. Atau NNP = GNP – Depresiasi. Penyusutan merupakan ukuran dari bagian GNP yang harus disisihkan untuk menjaga kapasitas produksi dari perekonomian. Biasanya data GNP lebih banyak digunakan dibandingkan dengan NNP karena persoalan estimasi penyustan mungkin tidak teliti dan juga tidak tersedia dengan cepat sedangkan perkiraan GNP tersedia dalam bentuk sementara.  Contohnya bila kita membeli sebuah mobil seharga 100 jt maka setelah setahun nilai dari mobil tersebut akan berkurang atau mengalami penyusutan  harga karena bentuk nya yang tidak mulus seperti baru, lalu dihitung keseluruhan GNP dikurang dengan Depresiasi maka dapatlah nilai NNP.

4.      Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah untuk pajak bisnis tidak langsung, seperti pajak penjualan. Pajak penjualan, yang jumlahnya kira – kira 10 persen dari NNP, memunculkan irisan di antara harga yang dibayar konsumen atas suatu barang dan harga yang diterima perusahaan. Karena perusahaan – perusahaan tidak pernah menerimanya, maka irisan pajak ini bukan bagian dari pendapatan mereka. Ketika kita mengurangi pajak usaha tidak langsung dari NNP, kita mendapatkan ukuran yang disebut pendapatan nasional ( national income ). Atau pendapatan nasional = NNP – Pajak.
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan menjumlahkan permintaan akhir unit – unit ekonomi, yaitu :
a.       Rumah tangga berupa konsumsi ( consumption / C )
b.      Perusahaan berupa investasi ( investment / I )
c.       Pengeluaran pemerintah ( goverment / G )
d.      Pengeluaran ekspor dan impor ( export – import / X – M )

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan ini  biasa dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Y = C + I + G + X - M
Pos pendapatan nasional membagi pendapatan nasional menjadi lima komponen, bergantung ada cara pendapatan itu dieroleh. Lima kategori itu, dan presentase pendapatan nasional yang dibayar dalam setiap kategori, adalah :
-          Kompensasi pekerja ( 71,3 % ). Upah dan tunjangan yang dihasilkan pekerja.
-          Pendapatan perusahaan perseorangan ( 9,5 % ). Pendapatan bisnis nonkroporasi, seperti lahan pertanian kecil, toko kelontong kecil, dan konsultan hukum.
-          Pendapatan sewa ( 1,4 % ). Pendapatan yang diterima tuan tanah, termasuk sewa terkait yang “dibayar” para pemilik rumah untuk mereka sendiri, dikurangi biaya, seperti depresiasi.
-          Laba kororasi ( 12,4 % ). Pendapatan korporasi setelah pembayaran ke para pekerjaan dan kreditor.
-          Bunga neto ( 5,4 % ). Bunga yang dibayar perusahaan domestik dikurangi bunga yang mereka terima, ditambah bunga yang diterima dari pihak asing.

5.      IHK ( Index Harga Konsumen ) / CPI ( Consumer Price Index )
Ukuran mengenai tingkat harga yang paling banyak digunakan adalah IHK atau CPI. CPI adalah suatu indikator inflasi. Biro statistik tenaga kerja, yang merupakan bagian dari Departemen Tenaga Kerja AS, bertugas menghitung CPI. Perhitungan itu dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika GDP mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi, CPI mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga.
CPI adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
IHK = Harga – harga komoditi tahun berjalan x jumlah produksi  /  harga – harga komoditi tahun dasar x jumlah produksi.
Indeks Harga Konsumen adalah indeks harga yang paling sering dan dipakai, tetapi bukan satu – satunya indeks. Masih ada indeks harga produsen, yang mengukur harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan, bukan konsumen. Selain indeks harga keseluruhan, biro statistik tenaga kerja juga menghitung indeks harga untuk jenis – jenis barang tertentu, seperti makanan, perumahan, dan energi.
Karena begitu banyak yang mengandalkan CPI, penting untuk menjamin bahwa ukuran tingkat harga ini akurat. Banyak ekonom percaya bahwa, untuk sejumlah alasan, CPI cenderung melebihkan nilai inflasi.
Satu masalah adalah bsa substansi yang kita bahas sebelumnya. Karena mengukur harga dari sekelompok barang tetap, CPI tidak mencerminkan kemampuan konsumen melakukan substansi ke barang – barang yang harga relatifnya rendah. Jadi, ketika harga relatif berubah, biaya hidup yang sebenarnya tidak meningkat secepat CPI.
Masalah kedua adalah peluncuran produk – produk baru. Ketika sebuah produk baru di luncurkan ke pasar, konsumen merasa lebih baik, karena mereka memiliki lebih banyak produk pilihan. Sebenarnya, peluncuran produk baru meningkatkan nilai riil dolar. Namun peningkatan daya beli dolar ini tidak tercermin dalam CPI yang lebih rendah.
Masalah ketiga  adalah perubahan – perubahan mutu yang tidak terukur. Ketika perusahaan mengubah mutu produk yang dijualnya, tidak semua perubahan harga produk mencerminkan perubahan biaya hidup. Biro analisi ekonomi bertugas menghitung perubahan – perubahan dalam mutu produk sepanjang waktu. Misalnya, jika ford meningkatkan tenaga kerja model mobil tertentu dari satu tahun ke tahun berikutnya, CPI akan mencerminkan perubahan : harga mobil yang disesuaikan dengan mutunya tidak akan meningkat secepat harga yang tidak disesuaikan  dengan mutunya tidak akan meningkat secepat harga yang tidak disesuaikan. Namun, banyak perubahan dalam kualitas sukar diukur, misalnya dalam hal keamanan dan kenyamanan. Jika peningkatan mutu yang tidak terukur ( bukan penurunan mutu yang tidak terukur ) bersifat tipikal, maka CPI meningkat lebih cepat dari yang seharusnya.
Karena masalah pengukuran ini, sebagian ekonom telah menyarankan merevisi aturan untuk mengurangi derajat indeksasi. Misalnya, tunjangan jamninan sosial di indeks ke inflasi CPI dikurang 1 persen. Perubahan itu akan memberikan cara untuk menghilangkan masalah pengukuran ini. Pada saat yang sama, perubahan itu akan secara otomatis memperlambat pertumbuhan pengeluaran pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar