NAMA : NUR AULIAH
NPM : 1601270017
PRODI : PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
UANG
DAN PERMINTAAN UANG
1.
Sejarah Uang
Pada
peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara mendiri. Mereka memperoleh
makanan dari berburu atau memakan berbagai buah-buahan. Karena jenis
kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain.
Masing-masing individu memenuhi kebutuhan makannya secara mandiri. Dalam
periode yang dikenal sebagai priode prabarter ini, manusia belum mengenal
transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli.
Pertukaran
baerter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu yang bersamaan
dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Namun semakin beragam dan
kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit menciptakan situasi double
coincidence of want ini. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat
diterima oeh semua pihak. Alat tukar demikian kemudian disebut uang. Pertama
kali uang dikenal dalam peradaban Sumeria dan Babylonia.
2.
Uang Barang (commodity money)
Uang
barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa
diperjualbelikan apabila barang tersebut digunakan bukan sebagai uang. Namun
tidak semua barang bisa menjadi uang, diperlukan tiga kondisi utama, agar suatu
barang bisa dijadikan uang, antara lain :
-
Kelangkaan
(scarcity), yaitu persediaan barang
itu harus terbatas.
-
Daya
tahan (durability), barang tersebut
harus tahan lama.
-
Nilai
tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi, sehingga
tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
Kelemahan Uang
barang diantaranya, uang barang tidak memiliki pecahan, sulit untuk disimpan
dan sulit untuk diangkut.
3.
Uang Tanda/Kertas (token Money)
Ada
beberapa keuntungan penggunaan uang kertas, diantaranya biaya pembuatan rendah,
pengirimannya mudah, penambahan dan pengurangan lebih mudah dan cepat, serta
dapat dipecah-pecahkan dalam jumlah berapa pun.
Namun
kekurangan uang kertas juga cukup signifikan, antara lain uang kertas ini tidak
bisa dibawa dalam jumlah yang besar dan karena dibuat dari kertas, sangat mudah
rusak.
4.
Uang Giral (deposit money)
Uang
giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial melalui pengeluaran
cek dan alat pembayaran giro lainnya.
Kelebihan
uang giral sebagai alat pembayaran
adalah :
-
Kalau
hilang dapat dilacak kembali sehingga tidak bisa diuangkan oleh yang tidak
berhak.
-
Dapat
dipindahtangankan dengan cepat dan ongkos yang rendah.
-
Tidak
diperlukan uang kembali sebab cek dapat ditulis sesuai dengan nilai transaksi.
5.
Fungsi Uang dalam Sistem Ekonomi
Dalam sistem perekonomian
manapun, fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange). Ini adalah fungsi utama uang. Dari fungsi
utama uang ini, diturunkan fungsi-fungsi yang lain, seperti uang sebagai
standard of value (pembakuan nilai), store of value (penyimpanan kekayaan),
unit of account (satuan penghitungan), dan standard of defferrend payment (
pembakuan pembayaran tangguh).
Inilah
penjelasan oleh Imam Ghazali bahwa emas dan perak hanyalah logam yang di dalam
substansinya (zatnya itu sendiri) tidak ada manfaatnya atau tujuan-tujuannya.
Menurut beliau, “kedua-duanya tidak memiliki apa-apa tetapi keduanya berarti
segala-galanya”.
6.
Teori Permintaan Uang sebelum
Keynes
Menurut Fisher jika terjadi
sesuatu transaksi antara penjual dan pembeli, maka akan terjadi pertukaran uang
dengan barang/jasa sehingga nilai dari uang yang ditukarkan pasti sama dengan
barang/ jasa yang diperoleh. Secara sistematis dapat dituliskan sbg berikut :
MV = PT
M : jumlah uang yang beredar (
penawaran uang)
V : tingkat
kecepatan perputaran uang (velocity), yaitu berapa kali uang berpindah tangan
dari satu periode tertentu.
P : adalah harga
barang/jasa yang ditukarkan
T : adalah jumlah
(volume) barang/jasa yang menjadi objek transaksi.
Teori permintaan uang menurut
Cambrige menyatakan bahwa permintaan uang tunai dipengaruhi oleh tingkat bunga,
jumlah kekayaan yang dimiliki, harapan tingkat bunga dimasa yang akan datang,
dan tingkat harga.
7.
Teori Permintaan Uang Menurut
Keynes
Teori keuangan yang dikemukakan
keynes pada umumnya menerangkan tiga hal utama, yaitu: (1) tujuan-tujuan
masyarakat untuk meminta (menggunakan uang) (2) faktor-faktor yang menentukan
tingkat bungan dan (3) efek perubahan penawaran uang terhadap kegiatan ekonomi
negara.
Terkait
dengan tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (memegang uang), maka dapat
diklasifikasikan atas 3 motif utama, yaitu:
1.
Motif
transaksi (transaction motive)
2.
Motif
berjaga-jaga (precautionary motive)
3.
Motif
spekulasi (speculation motive)
8.
Teori Permintaan Uang Setelah
Keynes
Menurut
Baumol, adanya lembaga keuangan yang memberikan bunga menyebabkan orang yang
memegang uang tunai mengalami kerugian uang disebut opportunity cost dimana ia kehilangan kesempatan memperoleh bunga
dari pendapatannya. Semakin tinggi tingkat bunga, maka akan semakin tinggi pula
biaya yang harus ditanggung seseorang dalam memegang uang tunai. Apabila ia
menyimpan semua pendapatannya di lembaga keuangan maka orang tersebut akan
memperoleh keuntungan dari bunga tetapi ia tidak dapat melakukan transaksi atau
melakukan konsumsi. Oleh karena itu seseorang akan menentukan jumlah uang yang
akan dipakai untuk tujuan transaksi yang dapat mengoptimalkan penghasilan.
Menurut
Tobin pendapat keynes tidak memuaskan karena keynes tidak memperhitungkan
seseorang yang memegang uang atau kekayaannya dengan komposisi uang tunai dan
surat berharga dalam komposisi yang berbeda-beda da keynes tidak
memperhitungkan unsur ketidakpastian. Dalam menganalisa teori permintaan uang
untuk tujuan spekulasi Tobin menggunakan pendekatan portofolio. Menurut Tobin
setiap orang mengalami ketidakpastian.
Menurut
Friedman, seseorang atau suatu perusahaan memgang uang tunai lebih kepada
alasan kepuasan (utility) sebagaimana
barang tahan lama lainnya. Konsumen baik rumah tangga maupun perusahaan memperoleh
kepuasan memegang uang tunai dalam hal kemudahan dalam memegang alat pembayaran
(uang) dibandingkan apabila memegang surat berharga yang memiliki resiko. Produsen
memegang uang tunai karena alasan kemudahan dalam pembayaran tagihan pembelian
input.
9.
Uang dalam Pandangan Islam
Dalam
sejarah islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari peradaban Romawi dan
Persia. Ini memungkinkan karena penggunaan dan konsep uang tidak bertentangan
dengan ajaran islam. Dinar adalah mata uang emas yang diambil dari Romawi dan
dirham adalah mata uang perak warisan dari peradaban Persia. Perihal dari
Al-Quran dan Hadis dua uang logam mulia ini, emas dan perak, telah disebutkan
baik dalam fungsinya sebagai mata uang atau sebagai harta dan lambang kekayaan
yang disimpan.
Uang Kertas dalam Pandangan Islam
Ketika
uang kertas telah menjadai alat pembayaran yang sah, sekalipun tidak
dilatarbelakangi lagi oleh emas, maka kedudukannya dalam hukum sama dengan
kedudukan emas dan perak pada waktu Al-Quran diturunkan tengah menjadi alat
pembayaran yang sah. Karena itu riba berlaku pada uang kertas. Uang kertas juga
diakui sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat dari padanya. Dan
zakat pun sah dikeluarkan dlam bentuk uang kertas. Begitu pula ia dapat
digunakan sebagai alat untuk membayar mahar.
Hubungan Uang dengan Modal dalam
Perspektif Ekonomi Islam
Modal (capital) mengandung arti barang yang dihasilkan oleh alam atau
buatan manusia, yang diperlukan bukan untuk memenuhi secara langsung keinginan
manusia tetapi untuk membantu memproduksi barang lain yang pada gilirannya akan
dapat memenuhi kebutuhan manusia secara langsung dan menghasilkan keuntungan.
Uang
tidak memiliki sifat seperti ini. Ketika seseorang menggunakan uang, maka
jumlah uang itu habisa dan hilang. Kalau ia menggunakan uang tersebut dari
pinjaman, maka ia menanggung hutang sebesar jumlah yang dipergunakan dan harus
mengembalikan dalam jumlah yang sama (mitsl) bukan substasinya (a’in)
10.
Permintaan dan Penawaran Uang
dalam Pendekatan Ekonomi Islam
Ada dua alasan utama memegang
uang dalam ekonomi islam, yaitu motivasi transaksi dan berjaga-jaga. Spekulasi
dalam pengertian keynes, tidak akan pernah ada dalam ekonomi islam, sehingga
permintaan uang untuk tujuan spekulasi menjadi nol dalam ekonomi islam. Oleh
karena itu, permintaan uang dalam ekonomi islam berhubungan dengan tingkat
pendapatan. Keperluan uang tunai yang dipegang dalam jangaka waktu penerimaan
pendapatan dan pembayarannya. Besarnyaa persediaan uang tunai akan berhubungan
dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran. Jika seseorang menerima
pendapatan dalam bentuk uang tunai dan dalam waktu bersamaan dikeluarkan juga
secara tunai, maka tidak perlu memegang uang untuk tujuan transaksi. Disini
tidak ada interval waktu untuk menjembataninya. Dalam hubunganya dengan
kebutuhan pribadi, sesungguhnya persediaan uang tunai yang dipegang akan lebih
besar dari proposi dalam interval antara penerimaan dan pendapatan. Seseorang
yang mendapatkan bayaran bulanan akan memerlukan persediaan uang tunai yang
rata-rata lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang mendapat bayaran
harian, dengan asumsi bahwa perilaku konsumsi mereka sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar