Nur Auliah
1601270017
Perbankan Syariah'16 Pagi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
PEREKONOMIAN
TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH
11. Pengertian
dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah dalam
Perspektif Ekonomi Konvensional.
Dalam membahas perhitungan
pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, perekonomian suatu negara
dapat digolongkan atas (1) perekonomian
tertutup (closed economy) yang
meliputi atas perekonomian sederhana (perekonomian dua sektor) dan perekonomian
tiga sektor dan (2) perekonomian terbuka (opened
economy).
Pada bagian ini akan dibahas
perekonomian dua sektor, yaitu perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang
dilakukan rumah tangga konsumen yang biasanya disebut dengan consumption (C)
dan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen (firm) yang biasanya disebut dengan investment (I).
Keseimbangan perekonomian
sederhan/dua sektor dapat dituliskan dengan notasi
Y= C + I... persamaan ini
mencerminkan kondisi anata output yang diproduksi (Y) sama dengan output yang
dijual (C+I).
Jika
sebagian pendapat digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan
untuk menabung (saving diberi notasi S) Y = C + S...
Sehingga
bila digabungkan keduanya menjadi : C + I = C + S
Identitas itu mencerminkan
komponen penerimaan (C + S) sama dengan komponen pengeluaran (C + I). Dengan mengurangkan
konsumsi dari setiap persamaan diatas, sehingga diperoleh: I = Y – C =S
persamaan ini menunjukan bahwa dalam perekonomian sederhana tabungan identik
dengan pendapatan dikurangi konsumsi.
22.
Fungsi Konsumsi dan Tabungan
dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional.
Dalam perhitungan pendapatan
nasional, pendapatan yang dihasilakan rumah tangga konsumen (household) merupakan sisi pendapatan
sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga (household) merupakan sisi
pengeluaran. Menurut keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan (C = f(Y))
yang dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
C = α + bY
Rasio perubahan
pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) lebh besar nol
mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga akan meningkat seiring dengan
meningkatnya tingkat pendapatan. Sedangkan perubahan pengeluaran konsumsi
dengan perubahan pendapatan (MPC) kurang dari satu mencerminkan kenaikan
pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan.
Selain itu keynes
juga menyatakan bahwa Average Propensity to Consume (APC) yang merupakan
perbandingan antara konsumsi yang dilakukan dengan tingkat pendapatan disposable (APC = C/Y) akan mengalami
penurunan sebagai akibat kenaikan pendapatan.
Terkait dengan
model fungsi konsumsi yang dikemukakan keynes tersebut, kemudian muncul
beberapa pandangan yang mengomentari fungsi konsumsi yang dikemukakan keynes
antara lain dapat dikemukakan sbg berikut:
-
Franco
Mondigliani dengan Hipotesis Daur Hidup (life
cycle hyphothesis) Modigliani menekankan bahwa tingkat pendapatan
bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan dapat
menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya. Fungsi konsumsi yang ditawarkan
Modigliani sbg berikut:
C = (W + RY)/T atau C = (1/T) W + (R/T) Y
Dalam
terminologi makroekonomi, maka persamaan konsumsi dari modigliani dapat ditulis
sbg berikut: C = αW + βY
-
Milton
Friedman dengan pendapatan (Y) merupakan penjumlahan antara pendapatan permanen
(Yp) dan pendapatan transitoris (YT). Yang dimaksud
dengan pendapatan permanen adalah bagian pendapatan yang diharapkan orang untuk
terus bertahan di masa depan. Sedangkan pendapatan transitoris adalah bagian
pendapatan yang tidak terus bertahan. Lebih lanjut Friedman menyatakan konsumsi
seharusnya bergantung pada pendapatan permanen sehingga persamaan untuk fungsi
konsumsi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
C
= α YP
33.
Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi
dan Tabungan.
Mengacu pada pandangan keynes yang menyatakan
konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan, maka khan (1995) membagi tingkat pendapatan tersebut atas (1) pendapatan yang berada diatas nisab
(angka minimal aset yang terkena kewajiban zakat) yang dnotasikan dengan Yu (upper classes/golongan kaya)
dan (2) pendapatan yang berada di bawah nisab yang dinotasikan YL (lower
calsses/golongan miskin).
Komponen pengeluaran konsumsi
yang dilakukan rumah tangga konsumen menurut khan (1995) juga dibagi atas dua
bentuk pengeluaran (1) konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut untuk
kebutuhan sendiri (for self) yang dilambangkan dengan notasi E1 dan
(2) konsumsi yang dilakukan rumah tangga untuk jalan menuju keridhan Allah
(cause of Allah) yang dinotasikan dngan E2. Berdasrkan rumusan di atas,
maka Khan menawarkan fungsi konsumsi sbg berikut: C* = A0 + AU YU.
44.
Pandangan Metwally tentang Fungsi
Konsumsi dan Tabungan.
Metwelly menggunakan beberapa pendekatan hiotesis
teory, yang dapat dijelaskan secara sederhana yaitu:
Hipotesis
Pendapatan Mutlak
Hipotesis ini menyatakan bahwa
konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi
(disposable income) pada periode tersebut. Naiknya pendapatan akan meningkatkan
konsumsi lebih kecil dari peningkatan pendapatan. Sehingga hasrat konsumsi
rata-rata (Average Propensity to Consume = APC) dan hasrat konsumsi marginal
(Marginal Propensity to Consume = MPC) menurun dengan meningkatnya pendapatan.
Hipotesis
Pendapatan Relatif ( The Relative Income Hyphothesis)
Hipotesis pendapatan relatif
menyatakan konsumsi sekarang saja ditentukan pendapatan siap konsumsi pada masa
sekarang (Ys) tetapi juga pendapatan sebelumnya (pendapatan masa puncak atau
Yp). Sehingga menurut hipotesis ini konsumsi rata-rata (APC) dan hasrat
konsumsi marginal (MPC) konstan. Jika pendapatan sekarang lebih kecil dari
pendapatan puncak, maka MPC<APC.
55.
Pandangan Munawar Iqbal Tentang
Konsumsi.
Iqbal
dalam catatannya ‘Zakat, Moderation, and
Aggregate Consumption in an Islamic Economy (1985) mengulas beberapa
tulisan dalam wilayah yang tidak menyajikan teori kunsumsi islam. Iqbal
bergabung dengan penulis-penulis saat ini pada sudut pandang bahwa pengaruh
pada konsumsi yang dikeluarkan pada jalan Allah, termasuk Zakat, menjadi
ketentuan islam tentang hidup yang tidak berlebih-lebihan. Iqbal membuat
beberapa pemurnian yang dpat diterima dalam memperkenalkan biaya pengumpulan
zakat pada model ini.
66.
Fungsi Investasi dengan
Pendekatan Ekonomi Konvensional
Investasi merupakan pengeluaran
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang
tersedia dalam perekonomian.
Ada 3 bentuk pengeluaran
investasi :
-
Investasi
tetap bisnis (business fixed investment),
yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu
mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirirksn berbagai jenis
industri dan perusahaan.
-
Investasi residensial (residential investment), yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah
tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan lainnya.
-
Investasi
persediaan (inventory investment),
yaitu berupa tambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan
mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun
perhitungan pednapatan nasional.
77.
Fungsi Ekonomi Dengan Pendekatan
Ekonomi Islam.
Menurut
Metwally (1995), investasi di negara-negara penganut ekonomi islam dipengaruhi
oleh 3 faktor (1) ada sanksi terhadap pemegang aset yang kurang atau tidak
produktif (hoarding idle asset), (2)
dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi, (3) tingkat
bunga untuk berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim boleh
memilihtiga alternatif atas dananya, yaitu: (a) memagang kekayaannya dalam bentuk uang kas (idle cash), (b) memegang tabungannya
dalam bentuk aset tanpa berproduksi seperti deposito, real estate, permata ,
atau (c) menginvestasikan tabungannya (seperti memiliki proyek-proyek yang
menambah persediaan kapital nasional).
Khan
dalam sebuah makalahnya yang berjudul A simple
model of income determination, growt and economic development in the
perspective of an interest free economy (2004) menyatakan bahwa permintaan
investasi (investment demand)
ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diharapkan (expected profits). Sedangkan tingkat keuntungannya yang diharapkan
tergantung pada :
-
Total
profit yang diharapkan dari kegiatan firm
(enterpereneurial).
-
Share in profit yang diklaim oleh pemilik dana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar