Rabu, 11 Oktober 2017

Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah



Nur Auliah
1601270017
Perbankan Syariah'16 Pagi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
PEREKONOMIAN TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH

11.      Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Konvensional.
Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, perekonomian suatu negara dapat digolongkan  atas (1) perekonomian tertutup (closed economy) yang meliputi atas perekonomian sederhana (perekonomian dua sektor) dan perekonomian tiga sektor dan (2) perekonomian terbuka (opened economy).
Pada bagian ini akan dibahas perekonomian dua sektor, yaitu perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen yang biasanya disebut dengan consumption (C) dan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen (firm) yang biasanya disebut dengan investment (I).
Keseimbangan perekonomian sederhan/dua sektor dapat dituliskan dengan notasi
Y= C + I... persamaan ini mencerminkan kondisi anata output yang diproduksi (Y) sama dengan output yang dijual (C+I).
            Jika sebagian pendapat digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan untuk menabung (saving diberi notasi S) Y = C + S...
            Sehingga bila digabungkan keduanya menjadi : C + I = C + S
Identitas itu mencerminkan komponen penerimaan (C + S) sama dengan komponen pengeluaran (C + I). Dengan mengurangkan konsumsi dari setiap persamaan diatas, sehingga diperoleh: I = Y – C =S persamaan ini menunjukan bahwa dalam perekonomian sederhana tabungan identik dengan pendapatan dikurangi konsumsi.

22.      Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional.
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pendapatan yang dihasilakan rumah tangga konsumen  (household) merupakan sisi pendapatan sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga (household) merupakan sisi pengeluaran. Menurut keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan (C = f(Y)) yang dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
            C = α + bY
Rasio perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) lebh besar nol mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan. Sedangkan perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) kurang dari satu mencerminkan kenaikan pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan.
Selain itu keynes juga menyatakan bahwa Average Propensity to Consume (APC) yang merupakan perbandingan antara konsumsi yang dilakukan dengan tingkat pendapatan disposable (APC = C/Y) akan mengalami penurunan sebagai akibat kenaikan pendapatan.
Terkait dengan model fungsi konsumsi yang dikemukakan keynes tersebut, kemudian muncul beberapa pandangan yang mengomentari fungsi konsumsi yang dikemukakan keynes antara lain dapat dikemukakan sbg berikut:
-          Franco Mondigliani dengan Hipotesis Daur Hidup (life cycle hyphothesis) Modigliani menekankan bahwa tingkat pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan dapat menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya. Fungsi konsumsi yang ditawarkan Modigliani sbg berikut:
 C = (W + RY)/T atau C = (1/T) W + (R/T) Y
Dalam terminologi makroekonomi, maka persamaan konsumsi dari modigliani dapat ditulis sbg berikut: C = αW + βY
-          Milton Friedman dengan pendapatan (Y) merupakan penjumlahan antara pendapatan permanen (Yp) dan pendapatan transitoris (YT). Yang dimaksud dengan pendapatan permanen adalah bagian pendapatan yang diharapkan orang untuk terus bertahan di masa depan. Sedangkan pendapatan transitoris adalah bagian pendapatan yang tidak terus bertahan. Lebih lanjut Friedman menyatakan konsumsi seharusnya bergantung pada pendapatan permanen sehingga persamaan untuk fungsi konsumsi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
C = α YP
   
33.       Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan.
 Mengacu pada pandangan keynes yang menyatakan konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, maka khan (1995) membagi tingkat pendapatan tersebut  atas (1) pendapatan yang berada diatas nisab (angka minimal aset yang terkena kewajiban zakat)  yang dnotasikan dengan  Yu (upper classes/golongan kaya) dan (2) pendapatan yang berada di bawah nisab yang dinotasikan YL (lower calsses/golongan miskin).
Komponen pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen menurut khan (1995) juga dibagi atas dua bentuk pengeluaran (1) konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut untuk kebutuhan sendiri (for self) yang dilambangkan dengan notasi E1 dan (2) konsumsi yang dilakukan rumah tangga untuk jalan menuju keridhan Allah (cause of Allah) yang dinotasikan dngan E2. Berdasrkan rumusan di atas, maka Khan menawarkan fungsi konsumsi sbg berikut: C* = A0  + AU  YU.

44.      Pandangan Metwally tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan.
Metwelly  menggunakan beberapa pendekatan hiotesis teory, yang dapat dijelaskan secara sederhana yaitu:
Hipotesis Pendapatan Mutlak
Hipotesis ini menyatakan bahwa konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (disposable income) pada periode tersebut. Naiknya pendapatan akan meningkatkan konsumsi lebih kecil dari peningkatan pendapatan. Sehingga hasrat konsumsi rata-rata (Average Propensity to Consume = APC) dan hasrat konsumsi marginal (Marginal Propensity to Consume = MPC) menurun dengan meningkatnya pendapatan.
Hipotesis Pendapatan Relatif ( The Relative Income Hyphothesis)
Hipotesis pendapatan relatif menyatakan konsumsi sekarang saja ditentukan pendapatan siap konsumsi pada masa sekarang (Ys) tetapi juga pendapatan sebelumnya (pendapatan masa puncak atau Yp). Sehingga menurut hipotesis ini konsumsi rata-rata (APC) dan hasrat konsumsi marginal (MPC) konstan. Jika pendapatan sekarang lebih kecil dari pendapatan puncak, maka MPC<APC.

55.      Pandangan Munawar Iqbal Tentang Konsumsi.
Iqbal dalam catatannya ‘Zakat, Moderation, and Aggregate Consumption in an Islamic Economy (1985) mengulas beberapa tulisan dalam wilayah yang tidak menyajikan teori kunsumsi islam. Iqbal bergabung dengan penulis-penulis saat ini pada sudut pandang bahwa pengaruh pada konsumsi yang dikeluarkan pada jalan Allah, termasuk Zakat, menjadi ketentuan islam tentang hidup yang tidak berlebih-lebihan. Iqbal membuat beberapa pemurnian yang dpat diterima dalam memperkenalkan biaya pengumpulan zakat pada model ini.

66.      Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Ada 3 bentuk pengeluaran investasi :
-          Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirirksn berbagai jenis industri dan perusahaan.
-           Investasi residensial (residential investment), yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan lainnya.
-          Investasi persediaan (inventory investment), yaitu berupa tambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pednapatan nasional.

77.      Fungsi Ekonomi Dengan Pendekatan Ekonomi Islam.
Menurut Metwally (1995), investasi di negara-negara penganut ekonomi islam dipengaruhi oleh 3 faktor (1) ada sanksi terhadap pemegang aset yang kurang atau tidak produktif (hoarding idle asset), (2) dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi, (3) tingkat bunga untuk berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim boleh memilihtiga alternatif atas dananya, yaitu: (a)  memagang kekayaannya dalam bentuk uang kas (idle cash), (b) memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi seperti deposito, real estate, permata , atau (c) menginvestasikan tabungannya (seperti memiliki proyek-proyek yang menambah persediaan kapital nasional). 
Khan dalam sebuah makalahnya yang berjudul A simple model of income determination, growt and economic development in the perspective of an interest free economy (2004) menyatakan bahwa permintaan investasi (investment demand) ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diharapkan (expected profits). Sedangkan tingkat keuntungannya yang diharapkan tergantung pada :
-          Total profit yang diharapkan dari kegiatan firm (enterpereneurial).
-          Share in profit  yang diklaim oleh pemilik dana.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar