Nama : Nur
Auliah
Prodi :
Perbankan Syariah’16
Dosen : Totok
Harmoyo SE,m.Si
REVIEW
JURNAL
The
Impact Of Macroeconomic Factors In Economic
IDENTITAS
Jurnal
yang direview ini adalah jurnal yang berasal dari MTI Trade Department,
Prishtina – Kosovo yang berjudul “The Impact Of Macroeconomic Factors In
Economic
Growth” yang ditulis oleh “Alush Kryeziu, PhD candidate” jurnal ini
diterbitkan pada maret 2016.
ABSTRAK
Dalam
tulisan ini akan dibahas konsep dan tren utama indikator makro-ekonomi dalam
pertumbuhan ekonomi, serta kepentingan mereka di Indonesia perkembangan ekonomi
berbagai negara, dengan penekanan khusus pada Kosovo Salah satu tujuan makalah
ini adalah untuk mendefinisikan dan menjelaskan hubungannya antara indikator
makroekonomi dengan penekanan khusus: hutang publik, defisit anggaran dan
inflasi pada pertumbuhan ekonomi. Untuk menganalisa ini dampak variabel dalam
pertumbuhan ekonomi, jangka waktu penelitian yang ditargetkan adalah periode
2004 hingga 2014. Sedangkan data yang diambil mengenai Kosovo diperoleh dari
tahun 2005, karena data sebelumnya terbatas karena perkembangan di mana Kosovo
berhasil melewatinya. Model yang paling mewakili hubungan antara indikator
makro-fiskal Pertumbuhan ekonomi merupakan regresi linier sebagai model
ekonometri. Kami akan memiliki kesempatan untuk melihat dan menafsirkan data
tersebut. Hasil keseluruhannya muncul sesuai dengan diskusi teoritis yang dipaparkan,
tapi Hubungan ini ternyata tidak terlalu kuat karena koefisiennya Akuisisi
tidak memiliki kemampuan penjelasan yang jelas untuk fenomena ekonomi.
kata kunci: Kosovo, kebijakan fiskal, hutang publik, defisit
anggaran, inflasi, pajak
sistem,
pembangunan ekonomi, dan target anggaran negara.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan
ekonomi merupakan konsep yang mengacu pada perubahan kuantitatif
variabel ekonomi dan dikaitkan dengan peningkatan produksi secara keseluruhan
atau per kapita Ini menunjukkan bahwa kita berhadapan dengan proses statis yang
membawa perubahan kuantitatif. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas
negara ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa sampai suatu periode waktu
tertentu, dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur
dalam nominal, di mana termasuk inflasi, atau secara riil, yang mana Inflasi
tidak termasuk (Investopedia US, 2013)
Mengenai konsep pertumbuhan ekonomi sudah banyak
ditemui para ekonom dunia mencoba untuk menemukan dan menjelaskan perannya dan
apa itu instrumen yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Meski
hebat minat para peneliti di lapangan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi
sebagai indikator kebijakan fiskal makro, dalam teori ekonomi dan praktek di
sana belum merupakan determinan akhir yang menunjukkan alasan mengapa beberapa
negara berkembang lebih cepat dan beberapa lebih lambat. Konsep pertumbuhan
ekonomi lebih kompleks mengingat itu faktor yang berbeda dapat berkontribusi
terhadap proses pertumbuhan ekonomi. Belakangan ini, Kami memiliki peningkatan
keterlibatan dalam hal teori dan penerapan penelitian tentang pertumbuhan
ekonomi; Dalam hal ini kita harus menyebutkan beberapa ahli teori yang
berkontribusi dalam bidang ini. Menurut Artelarisit (2007) kita masih belum
memiliki generalisasi teori, di mana kinerja ekonomi tidak dipahami dengan
baik, oleh karena itu hal ini dikarenakan tidak adanya generalisasi dan
kesatuan teori. Apapun ini ada beberapa teori parsial yang menganalisa perannya
dari berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
1. Konsep
Teoritis tentang Pertumbuhan Ekonomi selama Sejarah
Isi jurnal :
Ekonom pertama yang mengembangkan
teori pertumbuhan ekonomi tersebut adalah
Adam Smith. Dia berpikir bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya dikondisikan
oleh
akumulasi modal, modal manusia, teknologi, lahan, tenaga kerja, ekspor, tapi
dari total semua faktor ini secara langsung Sumbangan terbesar teori ekonomi
Adam Smith adalah
tidak diragukan lagi diperkenalkannya istilah incremental revenue di ekonomi
berdasarkan pembagian kerja dan spesialisasi. Lain Kontribusi penting Smith
adalah bahwa dia juga menyadari pentingnya pertukaran tenaga kerja
internasional dan perdagangan bebas sebagai mekanisme ekonomi pertumbuhan
(Smith, "Kekayaan negara", 1776). Teori pertumbuhan ekonomi
ditekankan oleh Harrod pada tahun 1939 dan Domar pada tahun 1946, yang
mengembangkan model pertumbuhan yang mengatakan bahwa: "tingkat
Pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari hubungan antara tingkat tabungan dan
koefisien modal (hubungan modal dan output). Menurut model ini, koefisien modal
sama dengan ICOR * (ICOR = hubungan antara tingkat investasi / tingkat
investasi dalam PDB) dan tingkat pertumbuhan PDB riil) yaitu nilai timbal balik
marjinal kembalinya modal.
Sumber
lain yang berbeda :
Sejarah Dan
Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Para Ahli
Dalam
sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi yang membahas tentang proses
pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi empat aliran yaitu aliran
klasik, neo-klasik, Schumpeter, dan post Keynesian. Ahli ekonomi yang lahir
antara abad delapan belas dan permulaan abad kedua puluh ini, lazim digolongkan
sebagai aliran/kaum Klasik. Aliran/kaum klasik ini dibedakan ke dalam dua
golongan, yaitu: aliran Klasik dan aliran Neo-Klasik. Dari kedua golongan
ahli-ahli ekonomi Klasik dan Neo-Klasik, sebagian besar menumpahkan
perhatiannya pada analisis sifat-sifat kegiatan masyarakat dalam jangka pendek,
hanya sedikit sekali yang menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi.
Kurangnya perhatian kedua golongan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi
disebabkan terutama oleh pandangan mereka yang diwarisi dari pendapat Adam
Smith, yang berkeyakinan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu
perekonomian berfungsi secara efisien.
Menurut Schumpeter,
perkembangan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis ataupun gradual,
melainkan merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus. Selanjutnya
menurut Schumpeter, perkembangan selanjutnya itu tidak bersifat gradual, tetapi
mengandung ketidaktentuan dan risiko yang besar, sehingga tidak dapat
diperhitungkan terlebih dahulu dan ini menyebabkan timbulnya keragu-raguan
dalam mengembangkan usaha lebih lanjut. Menurut Schumpeter, faktor terpenting
untuk perkembangan ekonomi adalah wiraswasta (entrepreneur). Karena mereka
adalah orang-orang yang mengambil inisiatif untuk berkembangnya produksi
nasional.
Ahli-ahli
Post-Keynesian mencoba mengembangkan teori pertumbuhan Keynes. Pada hakikatnya
teori tersebut dikembangkan oleh dua ahli ekonomi secara sendiri-sendiri, namun
karena inti dari teori tersebut adalah sama, maka sekarang dikenal sebagai
teori Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar pada hakikatnya menganalisis mengenai
persoalan-persoalan tentang: syarat-syarat apakah atau keadaan yang bagaimanakah
yang harus tercipta dalam perekonomian untuk menjamin agar dari masa ke masa
kesanggupan memproduksi yang selalu bertambah, sebagai akibat dari penanaman
modal akan selalu sepenuhnya digunakan.
2.
Dampak Indikator Fiskal (Faktor
Penentu) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan
fenomena makroekonomi yang kompleks. Sepenuhnya ini sulit untuk menjelaskan
faktor penentu fiskal mana yang paling penting
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Terlihat dari efek indikator
fiskal tersebut
Berada di atas pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa masing-masing memiliki
dampak yang dalam pada pertumbuhan ekonomi dan sulit untuk membedakannya.
Indikator ini memiliki bobot yang lebih besar dalam hubungan ekonomi. Pengikut
tiga indikator fiskal akan dibahas dan diperiksa dan mana yang memiliki sebuah
pengaruh dominan pada pertumbuhan ekonomi, dan ini adalah: hutang publik, defisit
anggaran dan inflasi.
3.
Utang Publik dan Dampaknya terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Ikhtisar pada Teori Utang Publik
Isi Jurnal :
Utang publik
adalah salah satu instrumen yang berpengaruh dalam terciptanya pendapatan umum
masyarakat minimal selama jangka pendek. Utang publik terutama bergantung pada
hubungan negara dengan internasional
organisasi pemberi pinjaman keuangan, walaupun sebelumnya telah
didasarkan pada hubungan antarnegara karena mereka telah menerima pinjaman dari
negara bagian. Apalagi, orientasi utang publik bisa digunakan untuk membiayai
defisit anggaran, tapi juga untuk membiayai proyek investasi yang strategis karakter
atau keperluan lainnya. Mengambil hutang publik bisa berefek positif dan efek
negatif, dalam kasus dimana utang publik digunakan untuk ekonomi pengembangan,
alat ini sangat bermanfaat, dan sebaliknya jika dana ini tidak digunakan untuk
pembangunan ekonomi, dalam hal ini utang publik akan menjadi beban bagi generasi
penerus untuk melunasi hutang ini. Jika
utang publik digunakan untuk pembiayaan penting yang memberi efek
langsung dan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, akan berpengaruh pada
berkurangnya pengangguran dan membantu penerimaan masyarakat. Sebaliknya, jika
mereka tidak menyadari ekonomi pertumbuhan ini, tingkat dan biayanya akan jauh
lebih tinggi, begitu pula efeknya membatasi kebijakan sosial Literatur teoritis
yang berkaitan dengan hutang publik sangat dini dan itu dibagi ke dalam
beberapa mazhab ekonomi yang berbeda yang paling penting adalah:
- Pandangan Klasik - lihat hutang
publik sebagai beban masyarakat. Para ekonom klasik biasa menyebut utang publik sebagai masalah
utama bagi masyarakat.
- Ricardian Views - lihat hutang
publik sebagai pajak masa depan (Barro 1974). Itu
Pembiayaan defisit anggaran melalui perpajakan akan berdampak bersih pendapatan
nasional dalam jangka panjang (Mankin, 2002).
- Tampilan Neoklasik - hutang
publik dari kepala sangat merugikan investasi dan pertumbuhan ekonomi.
- Pandangan Ekonomi Modern -
jelaskan utang publik sebagai dorongan untuk
pertumbuhan ekonomi jika dana tersebut digunakan untuk tujuan produktif dan
sebagai sebuah alat yang diperlukan ekonomi
modern, terutama untuk negara berkembang.
Sumber lain yang berbeda :
Pengertian
Hutang luar
negeri/utang publik diartikan sebagai penerimaan negara dalam bentuk devisa ataupun dalam
bentuk devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau jasa yang
diterima dari Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PPHLN) yang harus dibayar
kembali dengan persyaratan tetentu atau hutang luar negeri adalah sumber
pembiayaan negara yang berasal dari negara asing, badan/lembaga keuangan
internasional atau dari pasar uang internasional yang berbentuk devisa, barang,
dan atau jasa termasuk penjaminan yang mengakibatkan pembayaran di masa yang
akan datang yang harus dibayar kembali sesuai kesepakatan bersama.
Dampak
Hutang Luar Negeri/utang publik Indonesia
Pertama,
dampak langsung dari utang yaitu cicilan bunga yang makin mencekik. Kedua, dampak yang paling hakiki dari
utang tersebut yaitu hilangnya kemandirian akibat keterbelengguan atas
keleluasaan arah pembangunan negeri, oleh si pemberi pinjaman. Dapat dilihat
pula dengan adanya indikator-indikator baku yang ditetapkan oleh Negera-negara
donor, seperti arah pembangunan yang ditentukan. Baik motifnya politis maupun
motif ekonomi itu sendiri.
Pada
akhirnya arah pembangunan kita memang penuh kompromi dan disetir, membuat
Indonesia makin terjepit dan terbelenggu dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat
negara Donor. Hal ini sangat beralasan karena mereka sendiri harus menjaga,
mengawasi dan memastikan bahwa pengembalian dari pinjaman tersebut plus
keuntungan atas pinjaman, mampu dikembalikan. Alih-alih untuk memfokuskan pada
kesejahteraan rakyat, pada akhirnya adalah konsep tersebut asal jalan pada
periode kepemimpinannya, juga makin membuat rakyat terjepit karena
mengembalikan pinjaman tersebut diambil dari pendapatan negara yang harusnya
untuk dikembalikan kepada rakyat yaitu kekayaan negara hasil bumi dan Pajak.
Selain
memberikan dampak seperti yang diatas, utang luar negeri memiliki berbagai
dampak baik positif dan negatif yaitu:
a. Dampak positif
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu
pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan
belanja negara, yang diakibatkan oleh pembiayaan pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan adanya utang luar negeri
membantu pembangunan negara Indonesia, dengan menggunakan tambahan dana dari
negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang
telah ditetapkan sebelumnya.
b. Dampak Negatif
Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat
menimbulkan berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya
dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh(Inflasi). Utang luar negeri dapat
memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan
beserta dengan bunganya. Negara akan dicap sebagai negara miskin dan tukang
utang, karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian negara sendiri, (hingga
membutuhkan campur tangan dari pihak lain).
Selain itu, hutang luar negeri bisa
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Membantu dan mempermudah negara
untuk melakukan kegiatan ekonomi.
2. Sebagai penurunan biaya bunga
APBN
3. Sebagai sumber investasi swasta
4. Sebagai pembiayaan Foreign Direct
Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal
5. Berguna untuk menunjang
pembangunan nasional yang dimiliki oleh suatu negara
Menurut aliran neoklasik, utang luar negeri merupakan suatu hal yang
positif. Hal ini dikarenakan utang luar negeri dapat menambah cadangan devisa
dan mengisi kekurangan modal pembangunan ekonomi suatu negara. Dampak positif
ini akan diperoleh selama utang luar negeri dikelola dengan baik dan benar.
Setiap negara memiliki perencanaan pembangunan yang berbeda-beda, tetapi
memiliki kapasitas fiskal yang terbatas. Untuk membiayai pembangunan, pemerintah
memiliki apa yang dikenal sebagai government spending. Jika selisih
pengeluaran pemerintah dengan tingkat penerimaan pajak bernilai defisit, maka
alternatifnya adalah dengan memanfaatkan pendanaan yang berasal dari luar
negeri.
5. Jenis Utang
Publik
Isi
Jurnal :
Kami
membedakan beberapa jenis hutang publik:
a)
Menurut
sumber asal teritorial kita membedakan dua jenis : hutang internal; dan Utang
Luar Negeri
b) Dalam hal batas akhir pembayaran hutang masyarakat
yang kita miliki:
hutang publik jangka pendek (1-5 tahun);
Utang publik jangka menengah (1-10 tahun);
hutang publik jangka panjang (10-50 tahun)
c) Dengan metode pembayaran hutang kita membedakan dua
jenis:
hutang berupa uang sewa permanen dan hutang dalam
bentuk pemerintahan obligasi.
Sumber lain
yang berbeda :
Jenis-jenis
Utang Publik
- Pinjaman. Ada
dua jenis pinjaman, yaitu :
1.
Pinjaman Luar Negeri
Dapat
berasal dari World Bank, Asian Development Bank, Islamic Development Bank dan
kreditor bilateral (Jepang, Jerman, Perancis dll), serta Kredit Ekspor.
Pinjaman luar negeri ini terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
a.
Pinjaman Program:
Untuk budget
support dan pencairannya dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix di bidang
kegiatan untuk mencapai MDGs (pengentasan kemiskinan, pendidikan, pemberantasan
korupsi), pemberdayaan masyarakat, policy terkait dengan climate change dan
infrastruktur. change dan infrastruktur.
b.
Pinjaman Proyek :
Untuk
pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai sektor (perhubungan, energi, dll);
proyek-proyek dalam rangka pengentasan kemiskinan (PNPM).
2. Pinjaman Dalam Negeri
a.
Peraturan Pemerintah (PP) No.: 54 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengadaan dan
Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah ;
b.
Berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Pemerintah Daerah,dan Perusahaan
Daerah;
c.
Untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri dan
pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum; kegiatan investasi yang
menghasilkan penerimaan.
Surat Berharga Negara (SBN) dalam
Rupiah dan valuta asing, tradable & non-tradable, fixed & variable :
- Surat Utang Negara
(SUN)
-
Surat
Perbendaharaan Negara (SPN/T-Bills): SUN jangka pendek (s.d. 12bln)
-
Obligasi Negara (> 1 thn)
a.
Coupon Bond
-
Tradable:
ORI, FR/VR bond, Global bond
-
Non
tradable: SRBI untuk BLBI, dan Surat Utang/SU ke BI untuk penyehatan dan
restrukturisasi perbankan
b. Zero coupon
2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk
Negara dalam Rupiah dan valuta asing dengan berbagai struktur, misalnya Ijarah,
Musyarakah, Istisna dll
a.
SBSN jangka pendek (Islamic T-Bills); SBSN Ritail (Sukri);
b.
SBSN jangka panjang (IFR/Ijarah Fixed Rate; Global Sukuk; SDHI/Sukuk Dana Haji Indonesia).
6. Utang
Publik di Kosovo
Utang publik di Kosovo memiliki
perbedaan spesifik karena fakta bahwa Salah satu bagian dari hutang publik itu
diwarisi sejak zaman dahulu Federasi Yugoslavia. Saat itu Kosovo menerima
sarana dalam bentuk Utang publik
oleh Bank Dunia sebesar € 220,6 juta. Layanan untuk memproses utang luar negeri
mulai tahun 2009 dimana di bawah ada Kesepakatan,
utang tersebut harus dikembalikan ke Bank Dunia sampai 2031 dua kali per tahun.
Utang eksternal Kosovo lainnya dilakukan oleh Siaga Kesepakatan, yang diraih
pada tahun 2012 melalui mana dana diterima oleh lembaga keuangan internasional,
yaitu oleh IMF, dalam jumlah dari € 22,1 juta yang harus dikembalikan pada
tahun 2015. Selain utang eksternal dalam kebijakan pembangunan ekonomi
masyarakat keuangan di Republik Kosovo kita memiliki hutang dalam negeri, yang
untuk Pertama kali pada Januari 2012 menerbitkan sekuritas, yang digelar tiga
lelang dan Akibatnya kita memiliki emisi obligasi treasury sebesar € 10 juta
dengan jatuh tempo 91 hari.
Dari tabel yang terdapat dijurnal kami menyimpulkan bahwa Kosovo sampai 2009
tidak mengambilnya hutang publik dan hutang tahun ini adalah € 249,01 atau
dinyatakan dalam% GDP adalah 6,37%. Kosovo memiliki hutang terendah di tahun
2011 yang dinyatakan dalam% dari PDB adalah 5,51%, sedangkan yang tertinggi
tercatat pada tahun 2014 yang dinyatakan sebagai % dari PDB berjumlah 10,63%.
Berdasarkan data yang ada, kami menyimpulkan bahwa utang publik Kosovo adalah
rendah dan ada peluang untuk tumbuh lebih banyak lagi agar bisa tercipta alat untuk
pengembangan ekonomi yang lebih besar. Disajikan dalam persentase Utang publik
Kosovo lebih dari 11% dan ini adalah yang terendah di wilayah ini.
7. Defisit
Anggaran dan Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Isi
jurnal :
Defisit
anggaran sebagai fenomena ekonomi telah muncul setelah Perang Dunia Pertama.
Saat ini sebagian besar ekonomi dunia dihadapkan oleh defisit anggaran yang
disajikan sebagai masalah yang terkena dampaknya, negara dihadapkan pada
fenomena ekonomi ini. Defisit anggaran itu buruk untuk ekonomi suatu negara dan
menyerang negara-negara maju dan juga negara-negara berkembang. Defisit anggaran berdampak pada
semua variabel makroekonomi seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, pengangguran
yang dianggap kunci indikator pembangunan ekonomi di suatu negara. Penyebab
defisit berbeda, namun bisa dibagi menjadi dua kelompok tergantung pada tingkat
perkembangan negara tempat kita memiliki:
-
defisit anggaran di negara industri, dan
-
defisit anggaran di negara berkembang.
Secara
khusus, di sebagian besar anggaran publik negara (yang diukur dengan
periodisitas tahunan) dibangun di dalamnya defisit. Untuk menyeimbangkan akun,
defisit dapat dikompensasikan dengan:
-
meminjam, ini merelokasi masalah pada waktunya, perlu kepercayaan kreditor dan
memiliki biaya tambahan karena kebutuhan bunga untuk dibayar;
-
penggunaan cadangan akumulasi sebelumnya dari surplus anggaran diwujudkan di
tahun-tahun sebelumnya;
-
menaikkan pajak, dengan asumsi bahwa mereka tidak menahan aktivitas ekonomi,
yang akan menyebabkan pengurangan pendapatan ke anggaran publik. Sebaliknya,
pengurangan pajak yang dirancang untuk merangsang ekonomi pertumbuhan akan
meningkat berkali-kali pendapatan fiskal;
-
Emisi moneter;
-
Pengurangan pengeluaran publik.
-
Utang entitas swasta dan warganya.
Sumber
lain yang berbeda :
Dampak Defisit
Anggaran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan
ekonomi merupakan salah satu tujuan utama bagi negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia. Pembangunan ekonomi tidak hanya tertumpu pada pertumbuhan
ekonomi saja tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan, keamanan, serta
kualitas sumberdaya termasuk sumberdaya manusia dan lingkungan hidup. Khususnya
pertumbuhan ekonomi, diperlukan kebijakan yang kondusif agar tercapai
peningkatan pertumbuhan ekonomi setiap tahun sesuai dengan yang sudah
ditargetkan. Pertumbuhan ekonomi yang sudah ditargetkan setiap tahunnya
mencerminkan kinerja perekonomian pada tahun tersebut sedangkan kinerja ekonomi
itu sendiri sangat tergantung pada kondisi internal maupun eksternal dari negara
yang bersangkutan. Sementara itu, kondisi eksternal sangat terkait dengan
keadaan perekonomian dunia yang semakin mengglobal. Sebagai contoh bahwa
kondisi eksternal Indonesia terkait dengan permasalahan krisis dunia pada saat
ini perhatikan dua kondisi berikut ini yaitu pertama, meningkatnya harga minyak
mentah dunia yang mencapai 60 US$ per barel per Januari 2006. Ke dua, adanya
krisis moneter dimana nilai kurs dollar terhadap rupiah semakin meningkat
sampai Rp 9.460,00 per Januari 2006. Naiknya harga minyak mendorong Bank
Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia meninjau kembali perkiraan pertumbuhan
ekonomi Asia. Laporan ADB pada bulan April 2005 memperkirakan pertumbuhan
ekonomi Asia Timur pada tahun rata-rata 6,7% hingga 7,2%. Nampaknya angka
tersebut harus direvisi. Pemerintah dalam asumsi makro APBN 2005 penyesuaian,
proyek pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,5%, inflasi 7,0%, suku bunga
sertifikat Bank Indonesia (SBI) 8,0%, nilai tukar rupiah Rp 8.900,00 per dollar
Amerika Serikat dan harga minyak sebesar 35 dollar AS per barrel serta produksi
minyak sebesar 1,125 juta barrel per hari. Atas dasar asumsi tersebut, dalam
patokan dasar anggaran, subsidi bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan akan naik
dari Rp 19 triliun menjadi Rp 60,1 triliun sehingga ada kenaikan pembayaran subsidi
sebesar Rp 41,1 triliun. Hal ini mengakibatkan terjadi pembengkakan defisit
anggaran sekitar 1,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengakibatkan
kekurangan pembiayaan cukup Jurnal Organisasi dan Manajemen, Voume. 2, Nomor 1,
Maret 2006, 1-10 2 signifikan dan sangat membebani keuangan negara. Sementara
itu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melonjak pada akhir-akhir ini
akan memperparah krisis ekonomi, yaitu menyebabkan subsidi BBM yang harus
dibayar pemerintah melonjak drastis. Asumsi makro tersebut sudah tidak relevan
lagi karena nilai tukar dan harga minyak dunia sudah sangat jauh berbeda. Untuk
itu pemerintah sebaiknya merevisi asumsi tersebut. Anggaran Penerimaan dan
Belanja Negara (APBN) masih menunjukkan defisit yang kian membesar, hal ini
akibat dari semakin besarnya subsidi yang harus dikeluarkan terutama BBM.
Sementara itu dari sisi penerimaan dari pajak belum menunjukkan hasil yang
maksimal meskipun upaya penarikan pajak dengan memperluas basis pajak telah
dilaksanakan. Di sisi lain kebijakan fiskal yang merupakan salah satu piranti
kebijakan pemerintah cenderung mengalami distorsi dalam implementasinya.
Misalnya, fenomena munculnya pengelolaan dana negara APBN terutama pada
Goverment Expenditure menjadi sasaran empuk pengelolaan yang tidak sesuai
aturan. Berbagai upaya reformasi kebijakan fiskal sering dilakukan agar
perekonomian berjalan pada jalur yang benar. Namun hal ini belum berhasil
karena pengaruh kebijakan non ekonomi yang lebih dominan misalnya saja adanya
masalah sosial dan kesehatan serta terjadinya bencana alam yang tidak dapat
diperkirakan. Bermula dari krisisekonomi tahun 1997 hingga sekarang berlanjut
dengan krisis-krisis lain mengakibatkan perekonomian Indonesia masih sangat
sulit untuk tumbuh positif. Krisis ekonomi ditandai dengan menurunnya
permintaan agregat sehingga kondisi perekonomian menunjukkan adanya ciri-ciri
depresi seperti menurunnya daya beli secara drastis, berkurangnya bahkan
hilangnya minat investasi asing, dan meningkatnya pengangguran di berbagai
sektor. Kondisi tersebut diperparah oleh sisi penawaran yang semakin turun.
Bukan saja produksi yang menurun tetapi juga terjadi ketidakkondusifan
berbagaikebijakan yang mengakibatkan daya respon (elastisitas) penawaran sangat
lemah. Kebijakan fiskal dalam perekonomian dituangkan dalam bentuk pos-pos yang
tercantum pada dua sisi yaitu penerimaan dan belanja pemerintah.Fungsi fiskal
meliputi tiga aspek penting yang mencerminkan peran pemerintah dalam
perekonomian yaitu sebagaifungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Menurut
Romer (1996), secara simultan fungsi fiskal bertujuan untuk menciptakan kondisi
makro ekonomi secara kondusif dalammencapai pertumbuhan ekonomi, penciptaan
tenaga kerja yang sekaligus menekan jumlah pengangguran,pengendalian tingkat
inflasi, dan mendorong distribusi pendapatan yang semakin merata. Gambaran APBN
di Indonesia tercermin pada pos dalam anggarannya. Sisi penerimaan negara
mencakup semua penerimaan dari pajak dan bukan pajak, sedangkan sisi pengeluaran
pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Ada
beberapa alternatif untuk mencapai hal tersebut yaitu dengan mengupayakan
penerimaan dalam negeri dapat ditingkatkan,mengupayakan berkurangnya
ketergantungan utang luar negeri, dan menekan pengeluaran negara dengan
menerapkan skala prioritas tinggi serta yang
sedang marak
pada pemerintahan yang sekarang sedang berjalan adalah dengan pemberantasan
korupsi. Defisit anggaran menjadi penting dalam masakrisis sehingga banyak
persoalan menjadi dilematis dalam memilih kebijakan fiskal yang tepat. Defisit
ataupun surplus anggaran ini menjadi isu penting untuk dikaji karena dalam
siklus bisnis defisit anggaran menjadi pembahasan yang cukup serius dalam
memacu pertumbuhan ekonomi. Daripermasalahan tersebut maka artikel ini akan
mengkaji kebijakan fiskal khususnya untuk mengetahui dampak kebijakan defisit
anggaran terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
8. Dampak
Inflasi terhadap Kenaikan Ekonomi
Isi
jurnal :
Pentingnya
mempelajari Fenomena inflasi disebabkan oleh fakta bahwa hal itu mempengaruhi
keseluruhan populasi yang dalam perekonomian modern dilakukan untuk meringankan
dampak inflasi situasi. Kelainan inflasi
adalah hasil dari salah kebijakan ekonomi.
Inflasi dikelompokkan menjadi tiga kategori:
-
Inflasi moderat terjadi ketika tingkat harga keseluruhan naik perlahan dan
kursnya dinyatakan dalam angka satu digit. Dalam kondisi Inflasi modern
harganya relatif stabil dan sistem moneternya berfungsi dengan baik.
-
Inflasi nirminan disertai kenaikan harga oleh dua dan tingkat tiga digit (20%,
100%, per tahun). Dalam situasi ini berfungsinya Sistem ekonomi menderita
gangguan serius.
- Hiperinflasi adalah fenomena langka di ekonomi dunia dan Hadir terutama dalam
kondisi perang. Harga naik berkali-kali selama beberapa bulan; Contohnya adalah
kenaikan harga pada tahun 1922-33, dimana Indeks naik dari 1 menjadi 10 juta,
contoh Bolevin pada tahun 1985 dengan 12.000%.
Sumber
lain yang berbeda :
Dampak Inflasi
Adalah Secara
umum dapat dinyatakan bahwa tidak semua inflasi berdampak negatif. Terutama
jika terjadi inflasi ringan (inflasi di bawah 10%), inflasi ringan justru dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi, karena bisa member semangat pada pengusaha,
untuk lebih memperluas produksi. Pengusaha bersemangat memperluas produksi,
karena dengan kenaikan harga yang terjadi mereka mendapat lebih banyak
keuntungan. Selain itu, perluasan produksi memberi dampak positif lain berupa
penyediaan lapangan kerja baru. Inflasi akan berdampak negatif jika sudah di atas
10%.
Selengkapnya,
dampak inflasi terhadap perekonomian secara umum akan diuraikan berikut ini.
1) Dampak
inflasi terhadap hasil produksi (output)
Ada dua
dampak inflasi terhadap hasil produksi (output), yaitu:
a) Hasil
produksi meningkat
Terjadi jika
kenaikan harga barang-barang lebih cepat daripada kenaikan gaji atau upah
sehingga keuntungan pengusaha lebih meningkat. Peningkatan keuntungan,
mendorong pengusaha memproduksi lebih banyak sehingga hasil produksi pun
meningkat.
b) Hasil
produksi menurun
Terjadi jika
inflasi sudah terlalu tinggi (hiperinflasi). Dalam hiperinflasi masyarakat
tidak suka memiliki uang tunai, karena nilai riilnya yang semakin merosot.
Karena tidak memegang uang tunai, pertukaran cenderung dilakukan dengan cara
barter. Hal ini membuat produsen tidak bersemangat memproduksi sebab hasil
produksi akan kurang laku, dan akibat selanjutnya hasil produksi pun turun.
2) Dampak
inflasi terhadap bentuk penanaman modal
Pada masa
inflasi, para pemilik modal (uang) lebih suka menanamkan modalnya dalam bentuk
pembelian harta-harta tetap seperti tanah dan rumah serta benda-benda berharga
lain seperti emas dan mutiara. Mengapa demikian? Karena pada masa inflasi,
nilai barang akan terus naik (semakin mahal), sedangkan nilai uang akan semakin
turun. Oleh karena itu, pada masa inflasi para pemilik modal menyelamatkan uang
mereka dengan cara membeli harta-harta tetap dan benda-benda berharga.
3) Dampak
inflasi terhadap perdagangan internasional
Jika di
dalam negeri terjadi inflasi, harga barang-barang produksi dalam negeri akan
lebih mahal dibandingkan produksi luar negeri sehingga barangbarang produksi
dalam negeri kalah bersaing dengan produksi luar negeri. Akibatnya, nilai
ekspor akan lebih kecil daripada nilai impor sehingga neraca perdagangan kita
mengalami defisit, dan defisit ini bisa menghabiskan cadangan devisa negara.
4) Dampak
inflasi terhadap efisiensi
Inflasi bisa
berdampak pada efisiensi produksi. Bagaimana caranya?
Pertama-tama,
inflasi mengakibatkan perubahan pada daya beli masyarakat. Bagi masyarakat yang
dirugikan oleh inflasi (seperti pegawai yang berpendapatan tetap), inflasi
telah menurunkan daya beli. Bagi masyarakat yang diuntungkan oleh inflasi
(seperti pedagang yang persentase pendapatannya naik melebihi persentase
inflasi), inflasi telah menaikkan daya beli. Adanya daya beli yang turun dan
naik, membuat produsen sulit meramalkan struktur permintaan. Ketidakpastian
struktur permintaan yang harus dipenuhi bisa mengakibatkan inefisiensi
(pemborosan) dalam proses produksi.
5) Dampak
inflasi terhadap penghitungan harga pokok
Inflasi bisa
menyulitkan para produsen dalam menghitung harga pokok produksi. Sebab,
persentase kenaikan inflasi sering tidak teratur. Akibatnya, penghitungan harga
pokok menjadi tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar). Penghitungan
harga pokok yang tidak tepat pada akhirnya menyulitkan produsen dalam
menetapkan harga jual produk.
9. Sumber
dan jenis inflasi
Isi
jurnal :
Ada
perbedaan pandangan tentang penyebab dan sumber inflasi. Itu melihat bahwa
inflasi cenderung "inersia" (yaitu dengan tingkat yang tidak
berubah), sementara Dalam perekonomian tidak terjadi perubahan signifikan di
sisi permintaan dan Dengan demikian, berdasarkan analisis sumber inflasi, kita
membedakannya sebagai berikut:
-
Inflasi Inersia, jika tidak disebut inflasi yang dapat diprediksi atau
diharapkan pada saat tingkat inflasi stabil dan bila terjadi perubahan di sisi
penawaran dan permintaan di sebagian besar negara industri, inflasi Prosesnya
ditandai dengan inersia.
-
Inflasi dari permintaan terjadi bila terjadi kenaikan Permintaan agregat
sebagai akibat dari kenaikan jumlah uang beredar, atau langsung peningkatan
pengeluaran untuk barang dan jasa.
- Inflasi persediaan terjadi bila kita mengalami kenaikan penawaran agregat
karena pengurangan permintaan uang, atau pengurangan langsung pengeluaran untuk
barang dan jasa.
Sumber
lain yang berbeda :
PENYEBAB ATAU SUMBER INFLASI
Terdapat
tiga penyebab utama Inflasi, yaitu :
- Inflasi
karena Naiknya Permintaan (Demand Pull Inflation), Inflasi ini terjadi karena menigkatnya
permintaan total yang berlebihan sehingga akan memberi pengaruh pada harga
barang atau jasa. Kenaikan permintaan terjadi karena masyarakat memiliki
dana yang cukup, Hal ini membuktikan bahwa uang yang beredar di masyarakat
lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Akibat banyaknya uang yang beredar,
maka daya beli masyarakat akan meningkat sehingga akan meningkatkan harga
pula.
- Inflasi
karena Biaya Produksi (Cost Pust Inflation), yaitu inflasi yang terjadi karena peningkatan
biaya produksi untuk menghasilkan barang yang akan dipasarkan. Kenaikan
Harga terjadi pada tingkat produsen (kelompok ekonomi yang memproduksi
barang atau jasa). Akibat terjadi kenaikan harga produksi, produsen akan
menaikkan harga barang untuk menutupi dana produksi.
- Imported
Inflation, yaitu
inflasi yang terjadi karena kenaikan harga barang di luar negeri dan
berpengaruh kepada negara lain yang memiliki hubungan ekonomi dengan
negara tersebut. Oleh karena itu inflasi akan sangat berpengaruh terhadap
kegiatan ekspor dan Impor.
JENIS –
JENIS INFLASI
1.
Berdasarkan Tingkat Keparahannya
- Inflasi
Ringan (Creeping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10 %
per tahun. Inflasi ini tidak akan memberi pengaruh yang besar terhadap
keadaan ekonomi suatu negara, selain itu inflasi ini juga dibutuhkan agar
produsen memproduksi lebih banyak barang.
- Inflasi
Sedang (Galloping Inflation), yaitu Inflasi yang besarnya antara 10 – 30 %
per tahun. Inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat namun
belum terlalu membahayakan bagi negara. Kenaikan harga pada inflasi sedang
cenderung cepat.
- Inflasi
Berat (High Inflation), yaitu
inflasi yang besarnya antara 30 – 100 %. Inflasi berat akan membuat
kondisi ekonomi di suatu negara menjadi kacau.
- Inflasi
Sangat Berat (HyperInflation), yaitu
inflasi yang bersarnya lebih dari 100%. Pada kondisi ini, masyarakat tidak
mau menyimpan uang karena nilainya menurun drastis dengan sangat cepat,
sehingga banyak yang membelanjakan uangnya.
2.
Berdasarkan Asalnya
- Inflasi
Dalam Negeri (Domestic Inflation), yaitu inflasi yang timbul karena adanya defisit
(pengeluaran > pemasukan) pembiayaan atau belanja negara. Sehingga
pemerintah mengatasinya dengan mecetak uang baru. Adanya uang baru membuat
peredaran uang semakin luas sehingga akan berakibat pada kenaikan harga
barang.
- Inflasi
Luar Negeri (Imported Inflation), yaitu
inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga barang pada suatu negara, sehingga
negara lain yang memiliki hubungan ekonomi (ekspor impor) dengan negara
tersebut akan terpengaruh oleh inflasi.
3.
Berdasarkan Barang yang harganya naik
- Inflasi
Tertutup (Closed Inflation), yaitu
inflasi yang disebabkan oleh naiknya harga dari satu, dua, atau hanya
beberapa barang. Inflasi ini biasanya terjadi apabila barang yang harganya
naik merupakan barang yang sangat berpengaruh pada negara tersebut.
Contohnya kenaikan harga beras di Indonesia.
- Inflasi
terbuka (Open Inflation), yaitu
inflasi yang disebabkan oleh naiknya harga semua barang pada negara.
10. Biaya
inflasi
Isi
jurnal :
Dalam
periode inflasi, tidak semua harga (termasuk upah) berbeda dengan tingkat dan
kecepatan yang sama dan dengan demikian sebagai hasilnya kita akan memiliki
perubahan secara relatif harga. Perubahan harga relatif inilah yang menciptakan
dua efek inflasi dan itu adalah: 1. Inflasi yang menciptakan distribusi
kekayaan antara kelas atau lapisan populasi yang berbeda; dan, 2. Inflasi yang
dikirim menjadi penyumbatan sumber daya produksi yang tidak efisien.
Sumber
lain yang berbeda :
Biaya Inflansi
Inflasi dalam perekonomian disatu
sisi selalu saja menjadi momok yang relatif menakutkan, karena bukan saja ia
melemahkan daya beli akan tetapi dapat melumpuhkan kemampuan produksi yang
mengarah pada krisis produksi dan komsumsi.
Akan tetapi,
disisi lain ketiadaan inflasi menandakan tidak adanya pergerakan positif dalam
perekonomian karena relatif harga-harga tidak berubah dan ini jelas akan
melemahkan sektor industri (seandainya pada semua negara yang terlibat dalam
perdagangan internasional relatif tidak mengalami inflasi maka tentu saja ini
adalah hal yang sangat didambakan).
Inflasi moderat
atau inflasi yang dibutuhkan merupakan inflasi yang sesuai dengan kemampuan
ekonomi negara. Sebagai contoh, bila perekonomian sesuai dengan persamaan
pertukaran Fisher, MV = PQ, maka bila M dan V meningkat, sehingga untuk
mengimbanginya dinaikkan harga dan jumlah produksi(PQ).
Jadi bila MV = 100
dan P=2, Q=50, misalkan MV dinaikkan menjadi 150, maka bila Q hanya bisa
dinaikkan menjadi 70 mau tidak mau harga (P) harus dinaikkan menjadi = 2.143.
Berdasarkan index harga inflasi dinaikkan sebesar {(2.143/2)*100-100)*100%=7%.
Inflasi sebesar 7%
inilah yang dimaksudkan sebagai inflasi yang moderat (inflasi yang
diharapkan). Sebaliknya inflasi yang tidak diharapkan adalah jika tingkat
inflasi lebh besar atau lebih kecil dari 7%.
11. Inflasi
di Kosovo
Inflasi di Kosovo diimpor karena
perdagangan pertukaran negatif dan itu sekitar 90%. Impor Kosovo sebagian besar
produk dari pasar internasional dan kenaikan harga di dunia akan melanda negeri
ini. Indikator terbaik dari perubahan tingkat harga di suatu negara adalah
inflasi. Sejauh ini, inflasi di Kosovo telah berkelanjutan dan belum melebihi
10%.
Menurut para ahli isu ekonomi
data yang dipublikasikan di Kosovo menurunkan permintaan barang pada tingkat
yang sama dengan yang lain negara-negara di kawasan ini dan bahwa inflasi akan
tetap rendah. Inflasi di Kosovo sebagian besar mempengaruhi orang
miskin,
dengan bulanan rendah pendapatan atau mereka yang hidup dalam bantuan sosial,
kata Rukiqi. Dia merekomendasikan Pemerintah mendukung pengembangan sektor
swasta dan meningkat produksi dalam negeri Saya berpikir bahwa mengenai inflasi
sebagai Rekomendasinya adalah bahwa "Pemerintah harus melakukan upaya
berkontribusi untuk mendorong produksi dalam negeri dan tidak bergantung pada
impor. Saya berfikir harus bekerja pada orientasi jangka panjang bahwa krisis
siklis ini Inflasi disebabkan oleh inflasi yang terus meningkat seiring dengan
meningkatnya pasokan di negara.
Salah satu kebijakan utama yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi namun
Juga pembangunan ekonomi adalah kebijakan fiskal. Oleh karena itu, ada yang
diambil
beberapa elemen kebijakan fiskal dan dibagi menjadi tiga variabel dan melalui mereka
efeknya terhadap pertumbuhan ekonomi akan dianalisis. Untuk melihat pengaruh
variabel tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi, kita miliki digunakan model
regresi linier multivariat karena data disajikan pada seri waktu Model ini
mampu menjelaskan fenomena ekonomi ini, karena itu membuat hubungan antara
variabel ini melihat koneksi antara satu dengan lainnya. Data diambil dari Dana
Moneter Internasional untuk 109 negara yang dipresentasikan untuk periode 2004
sampai 2014. Negara-negara yang terlibat memiliki sebuah distribusi di hampir
semua benua yang mempengaruhi analisis fiskal
indikator kebijakan menjadi representatif dalam pertumbuhan ekonomi. Juga, di Pengolahan
data termasuk negara berdasarkan organisasi itu fungsi, misalnya kasus Uni
Eropa, tapi juga rata-rata keseluruhan semuanya negara-negara di dunia. Data
ini akan diproses dengan regresi linier dan akan kita lihat Apa efek dari
variabel-variabel ini dan kemudian akan dianalisis kemungkinan itu Model ini
memberi, namun demikian diharapkan efeknya variabel bebas akan negatif atau
positif dan tidak nol karena di Kasus nol berarti tidak ada hubungan antara
keduanya dan Oleh karena itu, akan menunjukkan bahwa kesalahan dibuat dalam
pemilihan variabel pada model karena mereka tidak berdampak pada variabel
dependen dalam kasus ini dalam pertumbuhan ekonomi.
Variabel disajikan dalam beberapa
bentuk, beberapa disajikan pada Persentase beberapa sebagai pertumbuhan dan
berdasarkan mereka akan muncul model "log – lin "dan" log - log
", yang berarti variabel dependen adalah variabelnya dinyatakan dalam
persentase, sedangkan variabel independen adalah nilai numerik dinyatakan dalam
persentase Sedangkan jika disajikan berdasarkan rumus matematis yang dibutuhkan
formulir ini:
Y
= α + βx1 + βx2 + βx3
Dimana:
Y - pertumbuhan ekonomi;
α
- konstan;
β
- koefisien;
X1
- defisit anggaran;
X2
- hutang publik; dan
X3
- inflasi.
Menurut
data rumus regresi yang diproses mengambil bentuk ini:
Y
= 2,58 - 0,015X1 + 0,34X2 + 0,11X3
12. Pengolahan
dan Interpretasi Data
Data diolah melalui regresi linier multivariat, melalui yang dikeluarkan
koefisien yang menunjukkan pengaruh determinan di pembangunan ekonomi dan juga
koefisien lainnya yang menunjukkan konsistensi dan akurasi parameter ini.
Penting untuk ditekankan terlebih dahulu bahwa dalam model yang disajikan
Variabel bebas berpengaruh terhadap penyajian variabel tergantung hanya 38,5%,
yaitu, berdasarkan koefisien determinasinya nampaknya 0,385, sementara
koefisien obatnya tampaknya 12:35, kurang dari pada koefisien determinasi Oleh
karena itu, terlepas dari variabel dalam analisis, mereka ada atau sedang tidak
signifikan dan kemudian pertumbuhan ekonomi dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak termasuk dalam model. Di bawah ini akan disajikan secara umum model
dimana Hasil diambil dari perangkat lunak pengolah data STATA.
Pertumbuhan ekonomi = 2:58 - 0:34 0,015 + defisit
anggaran utang publik
inflasi + 00:11 't 'Statistics: 3:52 to 1:56 4:35 1:43
Dalam
kebanyakan kasus, analisis ekonomi melalui linear konstan Regresi tidak
mewakili pengertian ekonomi apapun, jadi ini adalah cacat linier regresi. Tapi
tulisan ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara konstanta dan model ekonomi
yang disajikan, karena jelas jika semua variabel lainnya konstan maka
pertumbuhan ekonomi akan dari 2,58%, kenaikan itu rata-rata rata-rata dari
berbagai negara disajikan dalam model. Selanjutnya
kita akan menyajikan hasil yang diperoleh secara terpisah untuk variabel dalam
model dan juga akan menganalisa hasil yang didapat dan pada akhirnya kita akan menyajikan
interpretasi umum hasil regresi linier.
13. Dampak
Defisit Anggaran terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Seperti yang
disebutkan di awal defisit anggaran diperkirakan sudah ada efek negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi karena dengan kenaikannya pemerintah memiliki dampak yang
lebih kecil terhadap pembangunan jangka panjang ekonomi. Oleh karena itu,
berdasarkan evaluasi determinan, terlihat bahwa koneksi telah terbukti negatif
untuk kasus peningkatan anggaran Defisit
menjadi satu persen, maka kita akan mendapat potongan harga sebesar 0,015
persen pertumbuhan ekonomi, seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Pertumbuhan ekonomi = 2:58 - 0015 defisit anggaran 't
'Statistik: 3:52 sampai 1:56
Jadi efek dari defisit anggaran untuk 109 negara diambil dalam model serta Uni
Eropa dan data yang diambil di seluruh dunia untuk periode 2004-2014 memiliki
efek negatif. Tapi, berdasarkan statistik't 'menunjukkan bahwa Variabel ini
tidak signifikan dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi karena memang demikian lebih
rendah dari 1,96 dalam nilai absolut, atau jika dilihat dari nilai'p 'tidak memenuhi
persyaratan 1,5 dan 10 persen. Efek negatif terutama muncul Bila ada defisit
anggaran struktural karena negara menempatkan lebih banyak hutang dan akibatnya
utang yang lebih besar meningkatkan tekanan pada kebijakan fiskal.
14. Pengaruh
Utang Publik terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya sudah
dijelaskan diatas:
Utang
publik sebagai instrumen pemerintah berfungsi untuk menerapkannya kebijakan
pembangunan mereka, dan memainkan peran penting dalam ekonomi secara
keseluruhan pengembangan. Berdasarkan data yang diolah melalui data tentang
Pengaruh utang publik terhadap pertumbuhan, tampak bahwa hutang publik memiliki
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang sedang dalam
peninjauan.
Pertumbuhan ekonomi +0:34 = 2:58 hutang publik 't
'Statistik: 3:52 4:35
Setelah pertumbuhan hutang publik untuk satu unit, telah muncul bahwa Efek pada
pertumbuhan adalah 0,34 persen, jadi ada korelasi positif antara mereka. Jadi,
apakah koefisien 0,34 konsisten, terbukti ada hubungan yang stabil. Jika
dilihat dengan statistik't ', maka hasilnya akan banyak lebih tinggi nilainya
daripada minimum yang seharusnya dimiliki 1,96 dianggap stabil Juga, mengingat
bahwa kesalahan standar dilihat sebagai kecil itu tidak memiliki signifikansi
terhadap koefisien terkemuka dan nilai 'p' menunjukkan bahwa koefisien utama
stabil.
15. Pengaruh
Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya
sudah dijelaskan diatas.
Inflasi sebagai salah satu
penyakit utama berbagai negara adalah ekonomi diperkirakan memiliki dampak
negatif terhadap stabilitas keseluruhan negara. Tapi Terbukti bahwa inflasi
yang rendah dan terkendali pada kebanyakan kasus bersifat positif berdampak
pada ekonomi karena ini berfungsi sebagai insentif lebih jauh pengembangan kegiatan ekonomi. Tapi mengingat
daftar negara yang termasuk dalam model ini, itu menunjukkan bahwa ada negara
yang memiliki perkembangan ekonomi yang berbeda dan memang demikian diharapkan
efeknya negatif.
Pertumbuhan ekonomi
= 2: 58+ 0.11 Inflasi 't 'Statistik: 3.52 1.43
Berdasarkan hasil turunan,
dapat diketahui bahwa inflasi memiliki efek positif terhadap pertumbuhan
ekonomi karena pertumbuhannya satu persen inflasi akan menjadi 0,11 persen dari
pertumbuhan ekonomi. Tapi, meski ini sebuah koefisien positif, itu tidak
penting karena koefisien lainnya tidak cukup besar untuk mendukung dan membuat
hubungan positif yang berkelanjutan antara keduanya inflasi dan pertumbuhan
ekonomi. Tapi, penting untuk ditekankan bahwa data dari segi inflasi itu Umumnya
rendah karena krisis keuangan yang muncul di tahun 2008, sudah mempengaruhi
penurunan aktivitas ekonomi dan dengan demikian ekonomi disertai turunnya harga
akibat turunnya daya beli masyarakat, sehingga sebagian besar dari
negara-negara dalam model tersebut memiliki inflasi negatif.
Sedangkan jika dianalisis secara umum, data yang dikeluarkan oleh multivariat
linier Regresi menunjukkan bahwa koefisien yang muncul sejalan dengan main teori
ekonomi yang mendukung defisit anggaran berdampak negatif pertumbuhan ekonomi
sementara utang publik dan pengaruh inflasi moderat positif pada pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi = 2,58 - 0,015 defisit anggaran +
0,34 hutang publik inflasi + 0,11 ‘t 'Statistik: 3.52 - 1.56 4.35 1.43
Meskipun ini
menunjukkan bahwa variabel independen ini berhubungan dengan
Pertumbuhan ekonomi berdasarkan statistik, kita masih bisa melihat bahwa
anggaran
defisit dan inflasi tidak signifikan, karena statistik't 'lebih kecil nilai
dari 1,96.
Kesimpulan
Kebijakan fiskal diharapkan tidak hanya memberikan pertumbuhan ekonomi bagi
negara tetapi juga penggunaannya diklaim dapat memberikan perkembangan ekonomi
negara dalam jangka panjang, karena dalam pemenuhan kebijakan ini, pemegang
saham adalah semua warga negara melalui pajak mereka dan mereka mencari untuk
efisiensi mereka Berdasarkan teori ekonomi, dinyatakan bahwa pengaruhnya
terhadap anggaran defisit memainkan peran negatif dalam pertumbuhan ekonomi,
dalam kasus analisis Hal ini dilakukan agar memiliki efek negatif, sehingga
sejalan dengan teori ekonomi Utang
publik nampaknya merupakan instrumen yang efisien memungkinkan kebijakan
pemerintah memiliki pertumbuhan ekonomi. Ini adalah didukung oleh hasil
analisis antara hutang publik dan ekonomi pertumbuhan yang merupakan hubungan
positif diantara keduanya.
Meski diperkirakan inflasi mungkin memiliki efek yang berbeda pada kegiatan
ekonomi, tergantung ukurannya, dalam analisis yang disajikan itu mencatat bahwa
ada efek positif namun efeknya tidak ada konsistensi yang mana akan membuktikan
koneksi positif. Keterbatasan model ini pada umumnya adalah itu Variabel yang disajikan dalam model tidak
memberikan penjelasan yang bagus variabel dependen atau pertumbuhan ekonomi.
Juga korelasi yang mungkin ada antara variabel-variabel ini sangat dekat satu
sama lain.
Misalnya, defisit anggaran dan hutang publik berhubungan langsung dengan
satu sama lain karena jika ada defisit anggaran biasanya akan meningkatkan
hutang publik
untuk menutupi defisit tersebut. Secara umum, dapat dilihat bahwa instrumen
fiskal
Kebijakan memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun dampak
ini tidak begitu besar. Karena itu, negara yang menerima kebijakan fiskal memiliki
ekonomi
Pertumbuhan harus memperhitungkan karakteristik negara karena Mereka bukan
penjamin langsung yang akan mencapai pertumbuhan ekonomi.
link:
REFERENSI